Iklan

Iklan

,

Iklan

Dosen UMM Ini Gunakan Artificial Intelligence untuk Kembangkan Motif Batik

Redaksi
Selasa, 10 Januari 2023, 14:16 WIB Last Updated 2023-02-26T04:18:29Z


MALANG
– Pemanfaatan Artificial Intelligence (AI) dapat diterapkan dalam berbagai sektor. Mulai dari kesehatan, marketplace, hingga kebutuhan sehari-hari. Bahkan, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) baru-baru ini mendesain AI yang khusus digunakan untuk pengembangan motif batik. 


Inovasi ini dikembangkan Dosen Program Studi Prodi Informatika Agus Eko Minarno. Ia menceritakan latar belakang pengembangan dan riset yakni karena ketertarikan akan batik, tepatnya sejak 2012 lalu. Dari situ, Agus, sapaan akrabnya konsisten untuk melakukan penelitian motif batik.


AI yang sedang kami kembangkan diharapkan mampu memberikan motif baru. Apalagi di dunia batik ada istilah stagnasi, yaitu kebanyakan motif yang digunakan masih sama. Adapun Teknologi generative adversial networks (GANs) bisa mengembangkan dan bahkan mengombinasikan motif-motif yang ada menjadi motif yang baru.


Lebih lanjut ia menjelaskan, nantinya program yang ada akan diberi input agar bisa membuat motif yang diinginkan. Misalnya, jika ada motif A dan motif B, AI akan mengombinasikan dan menggabungkannya menjadi batik baru yang menarik. 


“Dengan GANs, komputer belajar mengidentifikasi motif-motif yang sudah ada dan mengembangkannya menjadi motif yang baru. Ini juga bermanfaat sebagai simulator bagi desainer dalam menggabungkan dan mengkombinasikan motif. Melalui teknologi ini, dalam satu detik dapat menghasilkan sekitar 100 motif baru,” jelasnya.


Penelitian Agus telah sampai pada proses mengumpulkan data set yang nantinya dijadikan buku-buku terkait batik dan filosofinya.  Sampai saat ini ada lebih dari 202 kain batik yang sudah didigitalisasi. Dalam melaksanakan penelitian, ada lebih dari 35 volunteer yang turut membantu. Pun kerjasama dengan Paguyuban Pecinta Batik Indonesia (PPBI) Sekar Jagad, pengrajin, serta dosen-dosen Prodi Informatika UMM, serta para kolektor.


Dosen yang sedang melanjutkan studi doktoral ini melanjutkan bahwa tantangan yang ia hadapi adalah pengumpulan data set. Hal itu karena banyak batik klasik yang hanya dimiliki oleh sedikit kolektor. Maka, kerjasama dengan PPBI menjadi solusi yang bagus untuk mengumpulkan berbagai hal.


“Semoga akan lebih banyak lagi motif batik yang dapat dikumpulkan sehingga batik bisa banyak dikenal dengan mudah. Pun dengan pengembangan AI ini bisa membantu pengusaha dan desainer batik untuk membuat motif-motif baru dan menaikkan angka penjualan,” pungkasnya.***

Iklan