Iklan

Iklan

,

Iklan

Syamsul Ulum

Hilman Latief: Pupuk Hati dan Pikiran dalam Kebajikan di Hari Raya Idulfitri

Redaksi
Jumat, 12 April 2024, 08:39 WIB Last Updated 2024-04-12T01:39:50Z


MALANG –
Bendahara Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Hilman Latief mengatakan bahwa umat Islam perlu memupuk hati dan pikiran agar bisa berjuang mencapai kebajikan di momen hari raya Idulfitri.



Hilman menyebutkan dalam Surat Al-Balad ayat 11-20 menjelaskan satu konsep yang patut direnungi, utamanya dalam mengisi hari-hari selepas Idulfitri dengan kebajikan, termasuk terlibat secara sosial untuk mendorong kemanusiaan.


Menurut Hilman terdapat “jalan sukar” yang harus didaki. Jalan tersebut terjal dan panas. Sehingga tidak semua orang mampu untuk melaluinya.


Jalan sukar yang Pertama yakni melepaskan budak dari perbudakan. Kedua, memberi makan orang yang kelaparan. Ketiga, membantu anak yatim. Dan yang terakhir adalah membantu orang miskin yang sangat fakir.


Pertama, melepas budak dari perbudakan. 


Dari dulu, perbudakan dan kemampuan eksploitatif ini adalah salah satu yang menunjukkan kekuatan dan kekuasan seseorang. Al-Qur’an meminta orang-orang yang beriman untuk mulai membuka mata, menegakkan keadilan, menjunjung persamaan, mengangkat harkat dan martabat manusia. Maka dari itu, perlu membebaskan lingkungan sekitar dari sistem yang eksploitatif yang mendekati perbudakan.


Kedua, memberi makan pada hari kelaparan. 


Zakat atau shadaqah sebagai bentuk ekspresi kedermawanan harus dipelihara secara profesional, transparan, akuntabel, dan berkelanjutan. Pasalnya, krisis bisa terjadi di mana saja dan kapan saja. Sebagai orang beriman, kita harus senantiasa siap untuk menyumbangkan sebagian yang kita miliki agar orang lain terbantu sehingga bisa menjalani kehidupan secara layak.


“Salah satu entitas yang harus mendapatkan perhatian kita adalah membantu dan memberikan makan anak-anak yatim yang memiliki hubungan kekerabatan,” jelas Hilman dalam Khutbah Idulfitri 1445H di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) pada Rabu (10/4/2024).


Anak yatim diartikan sebagai anak yang ayahnya telah meninggal dunia. Namun, secara sosiologis juga dapat berarti sebagai anak yang tidak memiliki sandaran kehidupan ekonomi, walaupun secara fisik orang tuanya masih ada.


“Bantulah anak-anak yatim khususnya kerabat dekat kita, karena sesungguhnya harta yang paling berharga adalah keluarga,”jelas Hilman.


Terakhir, Tidak semua mendapatkan keberuntungan dan kesempatan yang sama untuk mendapatkan kelayakan hidup. Maka, bantulah orang miskin yang sangat fakir baik di masa bulan Ramadhan dan terutama sesudahnya.***

Iklan