Iklan

Iklan

,

Iklan

Syamsul Ulum

Puasa Syawal: Ketentuan dan Keutamaan Melaksanakan Menurut Muhammadiyah

Redaksi
Sabtu, 13 April 2024, 21:10 WIB Last Updated 2024-04-13T14:10:29Z


JAKARTA --
Setelah berakhirnya bulan Ramadan, umat Islam diingatkan untuk tidak hanya merayakan kesuksesan menjalani puasa wajib, tetapi juga untuk melanjutkan ibadah dengan puasa sunnah Syawal. Namun, dalam pelaksanaannya, ada kebebasan yang diberikan oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah terkait tata cara melaksanakan puasa Syawal.


Menurut pandangan Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah, puasa sunnah Syawal bisa dilakukan dengan dua cara yang berbeda. Pertama, umat Islam dapat memilih untuk menjalani puasa enam hari secara berturut-turut. Kedua, mereka juga bisa melaksanakan puasa tersebut secara terpisah-pisah, menyesuaikan dengan jadwal dan kesibukan individu masing-masing.


Kebebasan ini memberikan fleksibilitas kepada umat Islam untuk menyesuaikan pelaksanaan puasa Syawal dengan kondisi dan kebutuhan mereka. Beberapa mungkin memilih untuk melaksanakannya berturut-turut guna merasakan konsentrasi spiritual yang lebih mendalam, sementara yang lain memilih untuk membagi-bagi puasa tersebut demi menghindari kelelahan atau menyesuaikan dengan kesibukan sehari-hari.


Keutamaan Puasa Sunnah Syawal

 

 

Saat umat Islam merangkul bulan Syawal, berbagai keutamaan puasa sunnah menjadi pijakan dalam meraih berkah. 


Pertama, puasa sunnah menjadi perisai dari api neraka


Sesuai dengan sabda Rasulullah saw yang diriwayatkan oleh Abi Sa’id al-Khudri r.a. “Barangsiapa berpuasa pada suatu hari di jalan Allah, maka Allah akan menjauhkannya dari api neraka selama 70 tahun.” Keistimewaan ini mengisyaratkan bahwa setiap hari puasa adalah peluang untuk membersihkan diri dari dosa dan mendekatkan diri kepada-Nya.


Kedua, malaikat senantiasa bershalawat atas orang yang berpuasa.


Sebagaimana hadis yang disampaikan oleh Umi Umarah binti Ka’ab. Rasulullah saw menjelaskan bahwa ketika ada seseorang yang berpuasa dan ada perjamuan makan di dekatnya, malaikat akan terus memberikan shalawat kepadanya sampai perjamuan tersebut selesai. Keberkahan ini menunjukkan bahwa setiap puasa tidak hanya diperhatikan oleh Allah, tetapi juga mendapatkan perhatian istimewa dari malaikat-Nya.


Ketiga, puasa sunnah memiliki kekuatan untuk menghapus dosa-dosa yang telah lalu.


Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abi Qatadah, Nabi saw menjelaskan bahwa puasa Arafah dapat menghapus dosa setahun yang lalu dan yang tersisa. Sementara puasa Asyura’ juga memiliki keutamaan yang serupa dalam menghapus dosa-dosa yang telah terjadi. Keampuhan ini menegaskan bahwa setiap ibadah puasa, baik wajib maupun sunnah, memiliki potensi untuk membersihkan jiwa dan menyucikan diri dari kesalahan masa lalu.


Dengan memahami dan mengamalkan tiga keutamaan puasa sunnah ini, umat Islam diharapkan mampu menjalani ibadah puasa dengan lebih khusyuk dan penuh keberkahan. Seiring berjalannya waktu, puasa sunnah bukan hanya menjadi rutinitas ibadah semata, tetapi juga jalan menuju pemurnian jiwa dan peningkatan kualitas spiritual yang mendalam.***(MHMD)

Iklan