Iklan

Iklan

,

Iklan

Kondisi Masyarakat Sebelum KH Ahmad Dahlan Mendirikan Muhammadiyah

Redaksi
Jumat, 12 Agustus 2022, 17:09 WIB Last Updated 2022-09-01T05:45:39Z

MGN --
Seperti inilah gambaran kondisi masyarakat sebelum KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah pada 18 November 1912 atau bertepatan dengan 08 Zulhijah 1330.

Gambaran kondisi masyarakat ini MGN rangkum dari buku "Manusia di Panggung Sejarah" karya Kholid O Santosa.

  1. Masyarakat Islam saat itu tampak sudah semakin jauh dari nilai-nilai dan tuntunan Islam yang sesungguhnya.

  2. Muhammadiyah berdiri guna memberantas perbuatan-perbuatan yang dianggap menyimpang dari ajaran agama, seperti syirik, bidah, khurafat, dan sebagainya.

  3. Ajaran Islam sudah banyak bercampur dengan ajaran yang bukan dari Islam. Umat Islam hidup dalam kejumudan, kebekuan, dan kekolotan.

  4. Di mana-mana terjadi terjadi konservatisme, feodalisme, dan tradisionalisme yang menyelimuti umat Islam. Belum lagi dengan maraknya perbuatan syirik, khurafat, bidah, dan sebagainya.

  5. Pada belahan dunia lain tengah terjadi pembaruan pemikiran Islam yang diawali oleh gerakan Wahabi yang dipelopori oleh Muhammad bin Abdul Wahab dari Nejd, Arab Tengah, yang mendasari gerakannya dengan pemikiran Ibnu Taimiyah.

  6. Upaya-upaya memurnikan ajaran Islam mulai mempengarhui para ulama dan cendekiawan muslim di Mesir.

  7. Pada 1883 Jamaluddin Al-Afghani mendirikan gerakan salafiyah yang berusaha mengembalikan Islam kepada Al-Quran dan Sunnah, memberantas taklid-fanatik dan menyingkirkan pikiran-pikiran sekuler Barat.

  8. Salah satu murid Al-Afghani, yakni Muhammad Abduh, melalui "Tafsir Al-Manar" menyuarakan ikrar kebangkitan umat Islam untuk melawan belitan takhayul dan syirik. Abduh juga mengobarkan semangat untuk mengejar ketertinggalan yang melanda umat Islam dengan kebekuaan nalan dan kemandulan berpikir.

  9. Suara pembaruan yang digelorakan Abduh dikumandangkan oleh muridnya, Rasyid Ridla, yang menyatakan bahwa kemunduran umat Islam terjadi lantaran kesalahan umat Islam sendiri.

  10. Menurut Abduh, umat Islam telah mempersulit ajaran agama dengan tumpukan bidah dan khurafat sehingga melalaikan pentingnya merebut kemajuan sebagaimana dilakukan oleh kelompok masyarakat di luar Islam.

  11. Suara senada juga bergaung di belahan Anak Benua India. Sir Sayid Ahmad Khan Bahadur (1817-1898) yang menggaungkannya. Ia berpendapat bahwa antara agama dan ilmu pengetahuan modern harus berjalan beriringan.

  12. Di sana Sir Sayid Ahmad Khan Bahadur mendirikan perguruan tinggi yang bernama Aligargh, tepatnya di sebelah tenggara New Delhi. Untuk pertama kalinya dia di sana menyandingkan berbagai ilmu pengetahuan Barat dengan ilmu-ilmu agama Islam.

  13. Sambutan hangat terutama diterima oleh Mohammad Iqbal, seorang penyair dan filosof Pakistan, yang dengan tegas mengatakan bahwa umat Islam harus mengambil ilmu pengetahuan Barat.

  14. Awalnya para ulama Indonesia menolak berbagai pembaruan pemikiran Islam yang saat itu sedang menggeliat. Hanya beberapa ulama yang berpikiran modernis yang bisa menerima. Di antaranya Syaikh Ahmad Taher Jalaluddin Al-Azhari yang sering melanglangbuana ke mancanegara dan cukup lama belajar di Mesir dan bersahabat dengan Rasyid Ridla.

  15. Atas kerjasama dengan Said Muhammad bin Agil dan Muhammad Al-Kalali, mereka menerbitkan majalah "Al-Iman" di Singapura. Majalah ini kemudian tersebar ke berbagai daerah di Sumatera dengan memperkenalkan tajdid yang berasal dari majalah "Al-Manar".

  16. Beredarnya majalah tersebut kemudian mendorong terbitnya majalah yang hampir serupa di Sumatera Barat dengan nama "Al-Munir". H Abdullah Ahmad, H Muhammad Thaib, dan H Abdulhakim Amrullah sebagai pemimpinnya.

  17. Di Yogyakarta sendiri KH Ahmad Dahlan menjadi pelanggan dan peminat aktif majalah tersebut.

  18. Santri dari Kauman, Yogyakarata, ini kemudian mempersiapkan diri secara matang untuk melakukan perombakan pada berbagai paham yang dianggapnya telah menyimpang dari ajaran Islam.

  19. Tekad KH Ahmad Dahlan itu ia wujudkan dengan mendirikan organisasi Islam yang bernama Muhammadiyah pada 18 November 1912 atau bertepatan dengan 08 Zulhijah 1330.

  20. Gagasan dan ide pembaruan KH Ahmad Dahlan melalui Muhammadiyah berhasil memperkenalkan Islam ke dunia intelektual dan mendapat sambutan yang cukup hangat.

  21. Tidak berlebihan tampaknya kalau Mr Sudarisman Purwokusumo menyatakan bahwa KH Ahmad Dahlan itu adalah tokoh renaissance Islam dari Indonesia.

  22. Demikianlah Muhammadiyah berdiri dengan tujuan utamanya yakni menyebarkan pengajaran kanjang Nabi Muhammad SAW kepada penduduk bumiputera dan memajukan hal agama Islam kepada anggota-anggotanya.

  23. Untuk mencapai tujuan itu, Muhammadiyah mendirikan lembaga-lembaga pendidikan, mengadakan rapat-rapat dan tablig-tablig yang membahas masalah-masalah Islam. Di samping itu mendirikan wakaf, masjid, kemudian menerbitkan surat kabar, majalah, dan buku.


Muhammadiyah berdiri dan memberikan kontribusi nyata dari dahulu hingga saat ini. KH Ahmad Dahlan telah menginspirasi sekaligus menjadi pelopor perubahan di Indonesia bahkan dunia karena organisasi yang dididirikannya mampu menjangkau luas.***

Iklan