Iklan

Iklan

,

Iklan

Muhammadiyah Memerdekakan Masyarakat dari Kemiskinan

Redaksi
Kamis, 13 Oktober 2022, 10:56 WIB Last Updated 2022-10-15T04:24:36Z


Oleh: Ace Somantri,
Dosen Universitas Muhammadiyah Bandung (UM Bandung) 


Hakikat manusia tidak ada yang bodoh, semua diciptakan dalam posisi sama. Yang membedakannya hanyalah proses kelahiran semata. Bagi saya, paling pertama dan utama hal yang membedakan individu manusia dengan individu lainnya, ialah apakah pasangan hidupnya berasal dari yang halal atau pasangan haram. 


Hal tersebut salah satu faktor penting keberlanjutan keturunan yang kuat, baik kuat jasmani maupun ruhani. Paling sederhana menimbulkan sanksi sosial kepada pasangan dan keturunan yang dilahirkan, biasanya dikenal kalangan masyarakat Sunda yaitu anak "haram jadah". Stempel tersebut, bagi masyarakat desa menjadi aib yang meruntuhkan marwah keluarga.


Konsekuensi dari pasangan tidak halal, ketika melahirkan keturunan, di sadari atau tidak, bagi pasangan yang terlibat harus bersedia menerima risiko dan konsekuensi jangka pendek dan panjang. Keturunan yang dilahirkan tidak tahu-menahu kelahirannya yang tanpa melalui ikatan suci pernikahan halal. 


Dan pasti tidak sesorang pun yang diahirkan tidak menginginkan hal tersebut. Namun bagi pasangan yang melakukan hal tersebut telah berbuat aniaya kepada anaknya. Ketika belia menjelang remaja hingga mendekati dewasa akan menanggung risiko cukup berat, selain di stempel anak "haram jadah" juga akan menjadi benalu atau parasit dalam pikirannya sepanjang masa. 


Walaupun dia bukan yang berbuat, namun menanggung akibatnya cukup berat terhadap tekanan psikologis. Beban psikologis di atas akan mengganggu terhadap kualitas hidup, termasuk kualitas berpikir dan berimajinasi yang lebih baik.


Pun sama ketika generasi yang dilahirkan dari pasangan hidup yang halal, namun kondisi kehidupan ekonomi kesejahteraan keluarga lemah dan sangat fakir dan miskin akibat imperialisme politik ekonomi kebangsaan sehingga mempengaruhi perkembangan produktifitas hidup. Ini disebabkan karena asupan gizi dan nutrisi serta hidup sehat sangat terbatas akibat kemiskinan.


Advokasi Kemiskinan


Melalui KH. Ahmad Dahlan dengan institusi persyarikatan Muhammadiyah, saat awal perjuangan syiar dakwah di masyarakat -- yang sangat lekat dengan keterbelakangan, kemiskinan dan kebodohan. Posisinya sama seperti masa kenabiyan Muhammad rasulullah yang mengadvokasi masyarakat Arab dhuafa dan hamba sahaya yang dimerdekakan. 


Ahmad Dahlan pun sama dengan spirit Quran Surat Al-Ma'un, beliau melakukan advokasi terhadap anak yatim piatu dan masyarakat miskin untuk mendapatkan pelayanan makanan, pendidikan dan kesehatan. Kita tahu, saat itu yang mendapatkan pelayanan tersebut hanya keluarga kaum Hindia Belanda dan warga pribumi yang menjadi pejabatnya.


Muhammadiyah didirikan Ahmad Dahlan untuk memperkuat pendampingan dalam proses memerdekakan masyarakat dari kemiskinan sehingga menjadi berdaya dan memerdekakan orang bodoh menjadi terdidik. Berharap masyarakat tersebut ada peningkatan kesejahteraannya. Perjuangan dan kerja riil Muhammdiyah dengan ideologinya berdasarkan akidah islamiyah yang dikembangkan dengan sistem etis yang membahagiakan, mensejahterakan dan mendamaikan dunia dan akhirat. 


Hal tersebut sebagaimana rasulullah diutus membawa risalah Allah Ta'ala yang berperan menjadi pembangun alam semesta dengan penuh kasih sayang seperti diungkap dalam Quran Surat Al-Anbiya, ayat 107 yang menjelaskan perihal tugas rasulullah pembawa rahmat di muka bumi.


Konsistensi Muhammadiyah memerdekakan masyarakat dhuafa, baik lemah pendidikan yang dari buta huruf-aksara dan lemah kesehatan seperti kurang gizi dan nutrisi. 


Indonesia dihuni oleh dua ratus juta orang lebih, baik yang beragama Islam maupun non Islam, suku atau etnis apapun, serta ras yang berbeda. Muhammadiyah memandang mereka sebagai umat manusia makhluk Allah Ta'ala yang sama harus mendapatkan pelayanan dan kasih sayang dari ajaran dan risalah-Nya. 


Tidak aneh atau menjadi hal biasa bila ada sekolah Muhammadiyah menerima siswa atau peserta didik dari umat kristiani protestan dan katolik, maupun agama lainnya. Bahkan klinik dan Rumah sakit Muhamamdiyah melayani pasien berbagai kalangan tanpa melihat latarbelakang agama pasien. 


Memerdekakan masyarakat dari sejak kolonialisme Belanda hingga penjajahan imprealisme ekonomi politik kebangsaan yang menekan hidup semakin tertekan. Muhammadiyah terus berupaya keras bersama elemen bangsa bahu membahu sekuat tenaga dengan berbagai cara dan pendekatan serta strategi jitu. 


Untuk mewujudkan hal tersebut dibutuhkan pemikiran, ide dan gagasan briliant dari para pimpinan dan aktivis persyarikatan di berbagai level organisasi. Pun tidak berhenti pada ide dan gagasan, melainkan langsung eksekusi, kekurangan dan kelebihan dievaluasi sesuai kondisi. 


Perbaikan dan peningkatan dengan spirit memerdekakan dan membebaskan masyarakat dari imperialisme ekonomi kehidupan warga negara Indonesia yang masih banyak berada di bawah garis kemiskinan. 


Bandung, Oktober 2022

Iklan