Oleh: Ace Somantri, Dosen Universitas Muhammadiyah Bandung (UM Bandung)
BANDUNG — Sejak bencana gempa di Cianjur, sigap tancap gas pasukan khusus kebencanaan Muhammadiyah di bawah organ MDMC bergerak cepat menuju lokasi bencana yang perioritas butuh pertolongan segera.
Karena dampak gempa darat sangat merusak bangunan dan mengakibatkan korban berjatuhan tertimpa reruntuhan bangunan, evakuasi demi evakuasi tidak berhenti karena korbanya sangat banyak.
Seiring waktu dan terjadi gempa susulan dan dampak lainnya yaitu longsoran tanah pun terjadi di beberapa titik yang juga banyak menelan korban cukup banyak yang hingga saat ini evakuasi masih terus dilakukan.
Gempa ini dampaknya sangat besar terhadap kerusakan dan menelan korban cukup banyak. Pasukan MDMC dari luar Jawa Barat pun berdatangan dengan unit mobil khusus kebencanaan sebagai armada tempur memasuki daerah terdampak bencana.
Bahkan Menko PMK RI yang juga kader Muhammadiyah Muhadjir Efendi menengok dan turun dan terjun langsung terlibat menjadi bagian tim yang membantu melakukan evakuasi bersama di pos pelayanan koordinasi MDMC persyarikatan di Islamic Center Cianjur.
Bukti aksi nyata Muhammadiyah peduli pada korban dari dampak bencana apa pun memang teruji. Bukan hanya dalam negeri, termasuk di luar negeri.
Tindakan yang dilakukan bukan hanya evakuasi, tetapi melakukan treatment healing setelah gempa. Kemudian ada juga pembangunan rumah atau hunian darurat untuk kebutuhan cepat sesaat dalam kondisi darurat.
Rumah sementara yang bertahan tiga tahun lamanya dan rumah atau hunian tetap yang sederhana layak huni. Muhammadiyah sudah memiliki program tetap terkait hal tersebut.
Kepedulian Muhammadiyah tidak diragukan. Organisasi ini sudah satu abad lebih berkhidmat untuk kepentingan agama Allah SWT pada alam semesta dan isinya.
Tidak harus banyak citra, apalagi pencitraan bagi Muhammadiyah, sifat penolong pada sesama sudah menjadi watak dan karakternya. Spirit Al-Ma’un menjadi sumber energi para relawan bermuhammadiyah.
Peduli dan peka terhadap pelayanan hajat hidup manusia merupakan sifat keseharian para relawan. Bencana menjadi panggilan wajib untuk berbuat dalam rangka penyelamatan jiwa dan raga manusia sebagai makhluk mulia.
Menolong sesama bukan hanya sebuah kewajiban syariat yang memiliki tuntutan hukum pada setiap manusia yang sering disikapi jiwa ada keterpaksaan, melainkan ada panggilan nurani satu jiwa satu rasa.
Peristiwa menyedihkan, memilukan, mengecewakan, dan membahagiakan atau pada waktu-waktu tertentu yang kita tidak menyadarinya, diyakini segala dampak dari apa yang sudah dilakukan manusia.
Peristiwa ke peristiwa senyatanya pasti selalu ada ibrah bagi siapa pun yang berpikir sehat dan waras. Bencana apa pun akan disikapi dengan tulus dan ikhlas.
Andai saja kita kuat dan mampu, kita bisa menghitung ulang perbandingan kebaikan dan keburukan, syukur dan kufur, serta tadzakur dan takabur, segala hal ihwal akan nikmat yang diberikan, apakah sudah sebanding?
Bencana bukan kemarahan pemilik alam semesta, melainkan konsekuensi dari sebuah hukum sebab akibat yang sudah menjadi rumus keilmuan.
Semakin alam dirusak, akan semakin cepat resiko kerusakan yang ditimbulkan. Bahkan, sangat mungkin resiko buruk lebih besar dan berlipat daripada manfaat yang diambil.
Memang benar alam ini untuk manusia sebagai sumber sarana dan prasaran hidup. Namun, pemanfaatanya harus mengedepankan nilai luhur etika alam dan kemanusiaan yang saling menjaga keberlangsungan hidup seluruh makhluk hidup di mana pun berada.
Selama berabad-abad tampaknya sikap manusia kian hari kian takabur, alam semesta serta isinya terkhusus bumi sudah keropos termasuk lapisan ozon pun pelindung bumi sudah terindikasi tidak utuh. Isu dan narasi global warming pun menyeruak menjadi isu global di belahan dunia sudah cukup lama.
Eco-terorisme tidak berhenti; hutan dibabat habis untuk permukiman dan industri. Gunung dihancurkan untuk kepentingan tambang. Laut tercemari untuk memancing rezeki hayati dan banyak yang lainnya.
Semoga dampak bencana, baik itu gempa, banjir, longsor, tsunami, atau yang lainnya, semata-mata hak alami setiap yang ada di dunia. Manusia yang diamanahi menjadi khalifah fil ardl seharusnya menjaga dan melestarikan alam semesta.
Berharap penuh dengan hati ikhlas, semoga bencana segera reda, mohon ampun kami sebagai manusia yang banyak lalai akan syukur. Kami tidak mampu menahan akan amarahnya alam. Hanya kesedihan dan penyesalan semata yang kami bisa perbuat.
Tidak ada kekuatan apa pun, kecuali kekuatan-Mu yang membuat alam semesta ini dapat dinikmati kembali. Wallahu ‘alam.***