Pertanyaan dari Bambang di Klaten:
Pak AR yang terhormat. Menurut hadits, nanti di hari pembalasan, yang diperiksa lebih dahulu adalah shalatnya. Baik buruknya shalat menentukan amal-amal lainnya.
Sementara itu, ada hadits lagi yang menerangkan amal yang tidak disertai shalat, ibarat debu yang melekat pada batu, terkena panas matahari atau terkena hujan habis sama sekali tidak membekas.
Ada pula hadits yang menegaskan bahwa anak shaleh adalah anak yang mendoakan, memintakan ampun kedua orang tuanya. Kemudian ada kejadian demikian, Pak AR.
Ada seorang yang bernama si A meninggal dunia. Si A tersebut beragama Islam, tapi tidak shalat, entah karena tidak mau atau belum ada yang mengajak, mempunyai seorang anak yang shaleh yang mendoakan orang tuanya.
Berdasarkan hadits-hadits tersebut dan kejadian itu, kami ingin menanyakan apakah doa si anak shaleh itu untuk orang tuanya dikabulkan atau doa anak yang shaleh itu hanya berlaku bagi orang tuanya yang beriman sajakah?
Atau malah berlaku bagi orang tua yang tanpa memandang apakah keyakinannya sama, berbeda, dan mungkin pula tidak mempunyai keyakinan, padahal dia orang tuanya. Mohon penjelasan.
Jawaban:
Begini saudara Bambang. Pertama, kalau anak shaleh mendoakan orang tuanya, tapi jelas orang tuanya itu lain agamanya (tidak beragama Islam), itu bagaimanapun tidak bisa.
Sebab, Nabi kita sendiri Rasulullah saw., itu Nabi jelas tidak hanya shaleh, tapi itu Nabi. Itupun mau mendoakan ayahnya, ibunya, Allah tidak memperkenankan. Jadi jelas ini tidak bisa. Kalau anak shaleh dan orang tuanya beriman, insyaAllah, mungkin itu masih ada manfaat (kalau orang itu tetap beriman).
Kemudian, mengenai dirinya sendiri tidak shalat (orang tua itu tidak shalat), karena saudara pun juga mengatakan apakah dia tidak mau atau tidak mengerti, masih juga belum tahu, itu tentu tergantung Allah sendiri. Kalau orang itu tidak ingkar kepada kewajibannya, nah itu dosa yang tentu akan diampuni oleh Allah.
Tapi kalau dia ingkar, tentu saja juga tidak mungkin. Sebab doa itupun tergantung kepada yang didoakan. Jadi tidak mentang-mentang anak shaleh mendoakan, tetapi kalau orang tuanya itu tidak tepat didoakan, tentu doa itu tidak akan terkena. Begitulah jawaban saya mengenai pertanyaan saudara.
Kalau orang tuanya itu meninggalkan shalat karena ingkar, atau tidak mau, tentu tidak bisa. Dalam pada itu, begini ya, saudara Bambang: Rasulullah saw. itu memang begitulah cara bersabda. Jadi memang pada setiap saat shalat itu sangat dipentingkan.
Di saat-saat Nabi memerintahkan shalat, maka soal shalat itu juga merupakan suatu hal yang sangat penting. Di samping itu juga mungkin pada saat itu Rasulullah sedang menekankan shalat. Maka Rasulullah menyatakan bahwa pertama kali amal-amal seseorang, shalatlah yang akan diperiksa.
Bahkan dikatakan pula bahwa shalat itu seolah-olah sebagai standar. Kalau shalat itu baik, akan membawa kebaikan amal-amal yang lain pula. Tapi kalau shalat itu tidak baik, mungkin bisa menimbulkan tidak baiknya amal-amal yang lain.
Penekanan-penekanan yang demikian biasanya Rasulullah memang begitulah pada saat-saat sesuatu perkara itu ditekankan dan tekanannya ke situ. Tapi mungkin di saat-saat yang lain, Allah menekankan pada soal yang lain.
Kalau saudara telah mengumpulkan antara satu persoalan dengan persoalan yang lain lebih baik diserahkan kepada Allah sajalah yang tahu bagaimana yang lebih tepat.
Saya kira sudah jelas apa yang saudara tanyakan. Doa seseorang kalau tidak tepat tentu tidak akan diterima oleh Allah. Apalagi kalau yang didoakan itu tidak pada tempatnya, sedangkan Nabi mau mendoakan orang tuanya pun tidak dapat.
Jadi Nabi sendiri mau mendoakan ayah ibunya pun tidak diperkenankan. Begitulah saudara Bambang.
Sumber: Rubrik Pak AR Menjawab di Majalah Suara ‘Aisyiyah Edisi Mei 1985.