Iklan

Iklan

,

Iklan

Perempuan Berkemajuan Mencerahkan Semesta

Redaksi
Rabu, 21 Desember 2022, 19:51 WIB Last Updated 2022-12-21T12:53:49Z


Oleh: Amalia Irfani,
Mahasiswa Doktoral Sosiologi UMM


Tanggal 22 Desember diperingati sebagai hari ibu nasional. Dijadikan sebagai salah satu hari penting sebab secara historis perempuan yang bergelar ibu telah banyak memberikan sumbangsih bagi bangsa. 


Sederet nama pejuang perempuan berdampingan dengan laki-laki ikut memperjuangkan harkat dan martabat manusia jauh sebelum kumandang kemerdekaan berbunyi nyaring di pelosok negeri. 


Nyai Siti Walidah misalnya dengan ikhlash dan tulus, mendampingi perjuangan Kiai Ahmad Dahlan untuk bersama mencerdaskan bangsa dan generasi Islam, dengan harapan kemerdekaan segera diraih agar kejayaan ibu Pertiwi dapat dilanjutkan generasi. 


Nyai Siti Walidah yang dikenal sebagai sosok perempuan cerdas, ramah, sederhana, tenang, pandai bergaul, dermawan serta berani mengungkapkan pendapat, saat itu telah memiliki pemikiran dalam bentuk teori untuk membangun kepribadian generasi Islam, yang disebut teori Formula Catur Pusat. Ada empat pusat yang harus bersinergi untuk menciptakan generasi Islam yang tangguh. 


Pertama,  lingkungan keluarga. Kedua, lingkungan sekolah. Ketiga, lingkungan masyarakat, dan Keempat, lingkungan ibadah. Siti Walidah meyakini, keempat lingkungan tersebut adalah titik terpenting untuk membangun generasi Islam yang unggul. 


Perempuan dan Pengembangan diri 


Mengulas tentang perempuan yang Islam sebut sebagai madrasah pertama generasi (madrasah al ula), berarti membicarakan tentang kemampuan Perempuan untuk cerdas dan cermat berdaya. 


Berdaya tidak saja untuk diri dan generasi yang akan ia didik, tetapi  juga untuk kehidupan sosial lingkungan dimana perempuan tersebut ada. Maka penting ruang gerak perempuan lebih leluasa, perempuan diberikan kepercayaan dan kesempatan mengembangkan dirinya. 


Pengembangan diri akan membuat perempuan lebih percaya diri dan siap menghadapi berbagai permasalahan hidup. 


Sebagai perempuan, ibu, istri dan juga pendidik penulis menyepakati bahwa perempuan harus berani tampil dan berbuat sesuai dengan kemampuan bagi umat. Tidak ada kata tidak bisa, setiap perempuan dengan kapasitas masing-masing, tanpa melupakan kodrat dan tanggung jawab pada keluarga sebenarnya diberikan ruang untuk melakukan pengembangan diri dan terus belajar tanpa harus di ruang kelas, tanpa waktu terikat. 


Misalnya secara bijak memanfaatkan media sosial, sesuai kebutuhan dan tidak berlebihan. Dengan bijak memanfaatkan media sosial, maka sesungguhnya perempuan juga telah melakukan pengembangan diri. 


Pengembangan diri erat kaitannya dengan kecerdasan emosional dan intelektual. Kecerdasan intelektual atau intelligence quotient (IQ) anak dari hasil banyak penelitian berkesimpulan diturunkan oleh ibu. 


Hal ini karena gen yang menentukan kecerdasan terletak pada kromosom X, dan perempuan mempunyai dua kromosom X, sedangkan laki-laki hanya membawa satu kromosom X. 


Maka, dari fakta tersebut secara jelas dapat disimpulkan, seorang anak dua kali lebih mungkin untuk mendapatkan kecerdasan dari ibu, sementara gen kecerdasan ayah dinonaktifkan. Namun para ahli juga menyepakati, di beberapa kasus ada pula kecerdasan berasal dari ayah.


Mencerahkan Semesta


Riuh muktamar Muhammadiyah ke-48 di Solo Surakarta Jawa Tengah masih menyisakan semangat yang tidak biasa. Selain ramai dikunjungi pengunjung seluruh nusantara, theme song Derap Berkemajuan sebagai deskripsi langkah yang diusung persyarikatan dengan diksi mencerahkan semesta seolah mewakili militansi para kader Muhammadiyah yang tidak hanya di Indonesia tetapi dunia. 


James MacGregor dalam Leadership (1978) seperti yang dikutip oleh Syamsul Arifin, guru besar Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dan salah satu penyusun Risalah Islam Berkemajuan (RIB) menguraikan secara singkat bagaimana kecerdasan intelektual padu dengan dengan kemampuan manejerial yang akhirnya membentuk karakter organisasi hingga usia 110 tahun. 


Tulisan berjudul “Wajah Kepemimpinan Muhammadiyah”, memberikan narasi tentang kemampuan praktikal, kepekaan etis Kiai Ahmad Dahlan sebagai role model kepemimpinan intelektual. 


Walau dengan waktu singkat membesarkan Muhammadiyah (11 tahun), tetapi pesona Kiai Dahlan memberikan semangat bergerak berkemajuan lintas zaman dan generasi. ***

Iklan