Iklan

Iklan

,

Iklan

Memaknai Fastabiqul Khairat, Prof Haedar Nashir: Berlomba dalam Kebaikan!

Redaksi
Rabu, 18 Januari 2023, 09:05 WIB Last Updated 2023-01-18T02:05:38Z


MAKASSAR
– Setiap agama memiliki daya ekspansif masing-masing untuk menyebarkan ajarannya kepada manusia lain, tak terkecuali agama Islam dengan konsep dakwah.


Menurut Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, realitas ini perlu dipahami oleh warga, pegiat dan mubalig Muhammadiyah untuk menerapkan prinsip fastabiqul khairat dalam usaha memberi kebermaknaan kepada manusia lainnya.


“Maka wajar saja setiap agama menyebarkan misi dakwahnya. Yang tidak wajar itu kalau menyebarkan misi dakwah kemudian menegasikan, membikin konfrontasi bahkan juga membuat hidup menjadi rusak dalam relasi keagamaan dan sosial kemasyarakatan, apalagi sampai menabrak sistem atau hukum yang berlaku,” kata Haedar.


Dalam Silaturahmi di Universitas Muhammadiyah Makassar (Unismuh), Minggu (15/1/2023), Haedar menegaskan bahwa dengan prinsip fastabiqul khairat ini, Islam dapat hadir, tersebar luas, kendati di saat yang sama tetap menjaga harmoni dan relasi dengan agama lain. 


“Maka dalam hal seperti itu ya fastabiqul khairat, bagaimana Islam hadir di Indonesia untuk bisa merawat keagamaan yang sudah Berisalam sekaligus juga mampu hidup bermakna bagi orang lain,” ujarnya.


“Nah kalau orang Islam itu jadi muslim yang rahmatan lil alamin, Islam itu nanti dengan sendiri bakal awet, langgeng, abadi di negeri tercinta bahkan di muka bumi. Tugas kita dakwah, tajdid, serta aktivitas Keislaman yang harus lebih baik dari siapapun. Nah itu kuncinya,” tegas Haedar.


Dia lantas mengutip penelitian Alwi Shihab bahwa dakwah Muhammadiyah sejak masa awal telah menggunakan prinsip fastabiqul khairat ini sehingga tetap elegan kendati harus bersaing sekaligus menahan laju misi Zending dan Kristenisasi.


“Teman-teman kita dari Kristen bikin rumah sakit, kita bikin rumah sakit, di sana bikin sekolah, kita bikin sekolah, sana bikin kegiatan dakwah ke pelosok-pelosok, kita juga bikin dakwah ke pelosok-pelosok. Nah itu namanya musabaqah fil khairat, kita berlomba dalam kebaikan dan itu yang disebut Muhammadiyah Membendung Arus, tapi tidak dengan aura permusuhan karena kita diajari hidup tasamuh, lakum dinukum waliyadin,” pungkasnya. ***(afn)

Iklan