YOGYAKARTA – Sebagai organisasi keagamaan pertama yang menyelenggarakan pendidikan modern di Indonesia, menurut Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Irwan Akib menyampaikan bahwa pendidikan Muhammadiyah memiliki empat hal yang ingin diberikan kepada siswanya.
Empat hal tersebut disampaikan oleh Guru Besar Pendidikan Matematika ini dalam Rakernas Majelis Dikdasmen dan Pendidikan Non Formal (PNF) PP Muhammadiyah, Jumat (28/7/2023) di Yogyakarta. Keempat hal itu merupakan putusan dari Muktamar ke-48 Muhammadiyah di Surakarta.
Empat hal yang diberikan oleh Muhammadiyah kepada peserta didik di lembaga pendidikan Muhammadiyah adalah keimanan yang mantap, unggul dalam intelektual, anggun dalam akhlak, dan sigap berkarya. Empat hal ini menjadi tujuan akhir pendidikan di Muhammadiyah.
Namun demikian Irwan mengaku bahwa untuk memenuhi keinginan tersebut dibutuhkan proses. Sementara proses yang paling mendasar itu adalah image sekolah Muhammadiyah yang harus dibangun, menyesuaikan dengan konteks yang melingkupi masyarakat sekarang.
Menganalisis tentang kondisi global lembaga pendidikan Muhammadiyah, Irwan menyebut bahwa secara kualitas sesama sekolah Muhammadiyah terjadi disparitas yang mencolok. Dia mencontohkan di suatu daerah, terdapat sekolah Muhammadiyah yang begitu maju, namun di daerah lain sebaliknya.
“Kita perlu mem-branding sekolah Muhammadiyah. Apakah dengan namanya atau bermacam-macam. Kalau kita mau membranding nama maka nama Muhammadiyah tidak boleh lepas, seperti di Solo SMA Muhammadiyah Program Khusus. Hal itu akan memberikan image baru yang dibangun. Tetapi bukan hanya sekedar nama tetapi kita juga mampu menawarkan program-program khusus yang bisa ditawarkan,” ungkapnya.
Selain memperkuat branding, sekolah Muhammadiyah juga harus diisi oleh sumber daya insani yang mumpuni. Misalnya kepala sekolah yang memiliki ‘gudang’ inovasi dan visioner. Menurutnya, kepala sekolah memiliki peran penting dalam menghidupkan dan mengembangkan sekolah Muhammadiyah.
“Mangkanya diperlukan kepala sekolah yang punya inovasi dan visioner, yang mana mampu memikirkan masa depan sekolahnya.” Imbuhnya.
Kembali menyoroti tentang disparitas sekolah-sekolah Muhammadiyah, Irwan mengatakan bahwa Muhammadiyah perlakuan khusus yang berbeda-beda terhadap sekolah Muhammadiyah di daerah-daerah. Lebih-lebih dalam urusan digitalisasi, yang dalam pandangannya kemampuan sekolah sangat variatif.
Nilai Utama Membangun Indonesia Emas
Sementara itu, dalam agenda Pembukaan Rakernas Majelis Dikdasmen Pendidikan Non-Formal (PNF) PP Muhammadiyah, Jumat (28/7/2023) di SM Tower and Convention, Yogyakarta, Haedar menyebut Indonesia seharusnya memiliki daya saing dengan bangsa lain. Pasalnya Indonesia memiliki sumber daya alam (SDA) sebagai kekuatan.
Mendukung Indonesia Emas 2045, Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir menyoroti daya saing bangsa Indonesia yang posisinya masih tercecer dibanding dengan negara-negara lain.
Haedar menghitung, bahwa kekayaan alam Indonesia tersebar mulai dari yang berada di permukaan bumi, di dalam bumi, dan di lautan. Akan tetapi pertanyaan mendasarnya adalah terkait pengelolaan dan kebermanfaatannya, apakah sudah seksama untuk mayoritas rakyat.
“Karena kekayaan yang luar biasa ini hanya merupakan potensi laten, jika tidak diubah menjadi kesejahteraan, kemakmuran rakyatnya. Yang dengan itu rakyatnya lalu bisa punya daya saing tinggi dibanding bangsa-bangsa lain.” Ungkap Haedar.
Terkait dengan kondisi tersebut, Guru Besar Sosiologi ini menegaskan bahwa Muhammadiyah memiliki kepentingan untuk mengangkat persoalan tersebut. Sebab, Muhammadiyah menjadi bagian tidak terpisahkan dengan perjuangan bangsa ini dalam bidang pendidikan, ekonomi, kesehatan, sosial, dan lain sebagainya.
Dalam hemat Haedar, jika kekuatan sumber daya alam yang dimiliki oleh Indonesia dapat dimaksimalkan untuk kepentingan rakyat bersama, akan mengerek peringkat angka indek pembangunan manusia Indonesia. Bahkan bukan menjadi hayalan Indonesia bersaing dengan bangsa-bangsa maju di dunia.
Memanfaatkan kekuatan sumber daya alam, imbuh Haedar, diharapkan bisa mengaktualisasi Empat Pilar Visi Indonesia Emas 2045: Pembangunan Manusia serta Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan, Pemerataan Pembangunan, dan Pemantapan Ketahanan Nasional dan Tata Kelola Kepemerintahan.
Di saat yang sama, dalam menyongsong Indonesia Emas 2045 tidak boleh terlepas dari tiga nilai utama bangsa Indonesia. Yaitu nilai-nilai Pancasila, Agama dan Budaya Luhur Bangsa. Ketiga nilai utama tersebut menjadi patokan sekaligus guide bagi Indonesia dalam menyongsong 2045 sampai seterusnya.
“Sehingga pancasila adalah hasil dari perasaan dari titik temu semua agama untuk bernegara dan itulah yang Muhammadiyah sebut negara pancasila darul ahdi wa syahadah.” Imbuhnya. ***(MHMD)