JAKARTA -- Pimpinan Pusat Muhammadiyah telah sukses menyelenggarakan rangkaian Dialog Publik bersama Capres dan Cawapres di tiga kota berbeda, di Solo dengan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS); Jakarta dengan Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ); dan di Surabaya dengan Universitas Muhammadiyah Surabaya.
Dialog publik dilakukan selama tiga hari berturut-turut antara tanggal 22, 23, dan 24 November 2023. Dimulai dengan pasangan capres dan cawapres nomor urut 1 kemudian dilanjutkan pasangan capres dan cawapres nomor urut 3 pada hari berikutnya, dan ditutup capres nomor urut 2 di hari terakhir.
Melalui sambutan-sambutannya, Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menegaskan bahwa dialog publik ini merupakan wujud pendidikan politik. Bukan saja bagi masyarakat luas, tapi juga untuk pasangan capres dan cawapres. Bagi masyarakat, mereka akan mendapatkan informasi tentang kapasitas masing-masing pasangan capres dan cawapres. Dan sebaliknya, bagi capres dan cawapres mereka akan menyaksikan bentangan kondisi bangsa melalui suara publik.
Dialog ini bahkan disebut oleh media dan pengamat akan menjadi tren positif dalam mengoptimalkan peran ruang publik sebagai pilar demokrasi (Kompas, 26/11/2023). Muhammadiyah telah memulai langkah yang strategis dalam mengembalikan fungsi ruang publik dalam mempromosikan tujuan-tujuan etis politik.
Menjembatani Kontestan dan Publik
Dialog bersama capres dan cawapres merupakan instrumen sosial-kewargaan yang berfungsi untuk mengikat elit politik yang tengah berkontestasi agar terhubung dengan kepentingan publik. Seperti yang diketahui, tantangan kehidupan politik dan demokrasi saat ini adalah mengurangi ketimpangan jarak antara kelompok elit yang berkuasa dan kepentingan publik atau kebutuhan masyarakat.
“Dialog ini diharapkan akan menjadi ruang silaturahmi agar kita memahami peta kebangsaan kita hari ini,” tegas Haedar. Muhammadiyah, sebagaimana penjelasan Haedar, ingin memfasilitasi kontestan pilpres dalam menerka “peta kebangsaan” dengan lebih jernih dan objektif.
Muhammadiyah menganggap proses penjelajahan dan pemahaman “peta kebangsaan” yang dilandasi oleh kacamata keadilan sosial akan mencegah siapa pun yang kelak akan memimpin negara ini dari ketercerabutan sosial, budaya, dan politik dengan warga bangsa Indonesia.
Sebab, lanjut Haedar, para pendiri bangsa mendirikan negara ini untuk menciptakan “Indonesia yang bernyawa” yakni sebuah negara dengan ghirah untuk memajukan kehidupan bangsa dan dunia.
Indonesia hanya akan “bernyawa” jika pemimpin mampu memahami peta kebangsaan secara utuh, jernih, dan objektif, dengan satu-satunya tujuan adalah memajukan kehidupan bangsa dan negara. Untuk itu, dialog publik dimaksudkan menjadi jembatan bagi para kontestan untuk melihat sendiri betapa kompleksnya tantangan kebangsaan yang akan mereka hadapi kelak sebagai pemimpin negara.
Kenegarawanan dan Keutamaan Politik
Inti diskusi publik jika mengacu pada sambutan-sambutan Haedar terletak pada ikhtiar untuk mendorong terciptanya keutamaan politik yakni sikap bernegara dan berbangsa yang maslahat untuk kepentingan segenap warga bangsa Indonesia dan dunia.
Haedar misalnya mengatakan bahwa setiap pasangan capres dan cawapres kontestan pilpres perlu menunjukkan sikap-sikap kenegarawanan. Sebab, kepentingan nasional, kesejahteraan dan kemajuan warga bangsa adalah tujuan dari seluruh rangkaian politik elektoral.
“Hadirin, Muhammadiyah memandang perlu ada diskusi publik, sebab Indonesia adalah negara besar. Kita sudah memilih menjadi negara yang berkesatuan dan berkedaulatan rakyat. Indonesia sudah diperjuangkan dengan segenap pengorbanan rakyat. Maka, menjadi kewajiban kita bersama untuk merawat dan menjaga bangsa,” ungkap Haedar.
Muhammadiyah berpegang teguh pada premis bahwa politik memiliki tujuan etis yang di antaranya dimaksudkan untuk memajukan kehidupan segenap warga bangsa dan memancarkan cahaya kerahmatan kepada dunia. Untuk itu, Haedar menegaskan bahwa ajang pemilu harus ditempuh dengan cara-cara bermartabat. Dukung mendukung paslon capres dan cawapres atau caleg jangan sampai mencederai martabat kemanusiaan dan kepentingan nasional.
Haedar berharap setiap kontestan pilpres tetap menjaga dan berpegang pada cita-cita politik yang sama dengan para pendiri bangsa. Ia mengatakan bahwa harus tetap mengacu pada nilai-nilai luhur bangsa yang telah dirumuskan untuk mengikat komitmen berbangsa dan bernegara.
Selama tiga hari rangkaian diskusi publik, setiap paslon kontestan pilpres 2024 mendapatkan panggung yang sama untuk memaparkan visi, misi, dan program mereka. Para panelis, yang terdiri atas unsur Persyarikatan, akademisi, pakar, dan praktisi juga berupaya menjembatani aspirasi masyarakat dan isu-isu penting yang perlu disampaikan pada ketiga paslon.
Peran para panelis sangat krusial. Mereka menjadi perwakilan suara publik untuk menggali gagasan, strategi, dan terobosan yang akan ditempuh oleh masing-masing paslon jika terpilih kelak. Para panelis mengulas bagaimana para paslon memandang persoalan sosial, ekonomi, budaya, lingkungan hidup, dan hukum serta HAM.
Hak Pemilih dan Moderasi Politik Elektoral
Diskusi publik yang diselenggarakan Muhammadiyah dapat dimaknai sebagai upaya untuk memoderasi kontestasi pilpres. Diskusi publik berupaya mengembalikan kualitas perdebatan publik seputar politik elektoral di ranah pertarungan gagasan untuk memajukan bangsa.
Abdul Mu’ti Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah selaku moderator diskusi publik mengatakan bahwa acara ini dimaksudkan untuk pendidikan politik. “Diskusi publik ini bukan ujian bagi para kontestan, tapi literasi dan edukasi politik,” ucap Mu’ti.
Di hadapan wartawan setelah memimpin diskusi publik Mu’ti mengatakan bahwa dia sangat berharap setiap paslon capres dan cawapres menjadikan pilpres 2024 sebagai uji gagasan dan ide. Menurut Mu’ti, alasan utama mengapa PP Muhammadiyah menyelenggarakan dialog publik adalah ingin mendengar pemaparan setiap paslon tentang arah bangsa dan apa yang akan para kandidat tempuh dalam menghadapi berbagai tantangan.
Melalui diskusi publik, Muhammadiyah berharap setiap warga bangsa dapat menentukan pilihan secara rasional. Mereka dapat mempertimbangkan secara komprehensif setiap kontestan yang maju dalam pilpres 2024. Hal ini akan mencegah para pemilih menjadi sekadar objek dalam seluruh rangkaian proses politik elektoral. Oleh karenanya, dialog publik diharapkan akan menyediakan bahan pertimbangan bagi para pemilih.
Pemaparan visi, misi, program, dan gagasan-gagasan yang dibawah oleh setiap paslon capres dan cawapres akan menjadi landasan bagi para pemilih untuk menentukan pilihan. Sedangkan bagi para kontestan, mereka diharapkan akan mendapat pertimbangan-pertimbangan baru dari para panelis dan penanya dalam mematangkan langkah mereka berikutnya.
Apresiasi Paslon untuk Muhammadiyah
Paslon nomor urut 1, Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar pada hari pertama diskusi publik di UMS mengapresiasi perhelatan acara ini. “Kami terkesan, ada antusiasme tapi juga bisa sangat tertib. Kami sangat sepakat dengan forum ini sebagai tempat pertukaran gagasan karena itu yang penting,” ucap Anies.
Pada hari kedua di UMJ, paslon nomor urut 3, Ganjar Pranowo dan Mahfud MD menyatakan ucapan terima kasih atas undangan Muhammadiyah. “Kami mengucapkan terima kasih pada hari ini bisa menyampaikan gagasan kami kepada keluarga besar Muhammadiyah dan Aisyiyah,” ucap Ganjar yang mengawali pemaparannya dengan memuji kiprah Muhammadiyah selama satu abad.
Hari terakhir di UM Surabaya, Capres nomor urut 2 juga mengucapkan terima kasih dan apresiasi terhadap Muhammadiyah. “Negara ini, kalau Muhammadiyah dan NU sudah mantap, (maka negara pun –red) akan mantab. Hari ini saya merasa sangat nyaman dengan keluarga besar Muhammadiyah,” ucap Prabowo yang juga mengucapkan permohonan maaf atas berhalangan hadirnya Gibran Rakabuming Raka.
Ketiga paslon Capres dan Cawapres kompak mengapresiasi langkah Muhammadiyah dalam membuka ruang dialog yang positif. Para paslon juga mengatakan bahwa peran kebangsaan dan kenegaraan yang telah dilakukan Muhammadiyah merupakan modalitas penting bagi eksistensi Republik Indonesia hari ini. Mereka di antaranya memuji kiprah di bidang pendidikan, layanan sosial, kesehatan, dan kontribusi pemikiran kebangsaan seperti darul ahdi wa syahadah. Bagi mereka, Muhammadiyah adalah teladan yang telah terbukti berkiprah menyinari negeri.
Penulis: Fauzan Anwar Sandiah
Sumber: muhammadiyah.or.id