JAKARTA — Saat ini, dai muda Indonesia yang juga Wakil Ketua I Majelis Tabligh PP Muhammadiyah Ustaz Adi Hidayat (UAH) sedang menjadi pembahasan. Videonya trending di berbagai media sosial tentang penjelasan hukum musik dalam Islam.
Lantas, siapakah UAH? Mengutip laman quantumakhyar.com, UAH memulai pendidikan formal di TK Pertiwi Pandeglang tahun 1989 dan lulus dengan predikat siswa terbaik. Kemudian melanjutkan pendidikan dasar di SDN Karaton 3 Pandeglang hingga kelas III dan beralih ke SDN III Pandeglang di jenjang kelas IV hingga VI.
Di dua sekolah dasar ini, UAH juga mendapat predikat siswa terbaik, hingga dimasukkan ke dalam kelas unggulan yang menghimpun seluruh siswa terbaik tingkat dasar di Kabupaten Pandeglang.
Dalam program ini, UAH menjadi siswa teladan dengan peringkat pertama. Dalam proses pendidikan dasar ini, UAH kecil juga disekolahkan kedua orang tuanya ke Madarasah Salafiyyah Sanusiyyah Pandeglang.
Pagi sekolah umum, siang hingga sore sekolah agama. Di madrasah ini, UAH juga menjadi siswa berprestasi dan didaulat sebagai penceramah cilik dalam setiap sesi wisuda santri.
Pada 1997, UAH melanjutkan pendidikan Tsanawiyyah hingga Aliyah (setingkat SMP-SMA) di Ponpes Darul Arqam Muhammadiyyah Garut, Jawa Barat. Ponpes ini memadukan pendidikan agama dan umum secara proporsional dan telah mencetak alumni yang berkiprah di tingkat nasional dan internasional.
Di ponpes inilah UAH mendapatkan bekal dasar utama dalam berbagai disiplin pengetahuan, baik umum maupun agama. Guru utama UAH yakni Buya KH Miskun As-Syatibi. Kiai ini yang paling berpengaruh dalam menghadirkan kecintaan UAH terhadap Al-Quran dan pendalaman pengetahuan.
Selama masa pendidikan ini UAH telah meraih banyak penghargaan, baik di tingkat pondok, Kabupaten Garut, bahkan Jawa Barat, khususnya dalam hal syarh Al-Quran. Di tingkat dua Aliyah UAH bahkan pernah menjadi utusan termuda dalam program Daurah Tadribiyyah dari Universitas Islam Madinah di Ponpes Taruna Al-Quran Yogjakarta.
Selain itu, UAH juga sering kali dilibatkan oleh pamannya, KH Rafiuddin Akhyar, pendiri Dewan Dakwah Islam Indonesia di Banten, untuk terlibat dalam misi dakwah di wilayah Banten.
UAH lulus dengan predikat santri teladan dalam dua bidang sekaligus (agama dan umum) sehingga didaulat menyampaikan makalah ilmiah “konsep ESQ dalam Al-Quran” di hadapan tokoh pendidikan M Yunan Yusuf.
Pada 2003, UAH mendapat undangan PMDK dari Fakultas Dirasat Islamiyyah (FDI) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang bekerja sama dengan Universitas Al-Azhar Kairo hingga diterima dan mendapat gelar mahasiswa terbaik dalam program ospek.
Kemudian, pada 2005, UAH mendapat undangan khusus untuk melanjutkan studi di Kuliyya Dakwah Islamiyyah Libya yang kemudian diterima, walaupun UAH mesti meninggalkan program FDI dengan raihan IPK 3,98.
Di Libya, UAH muda belajar intensif berbagai disiplin ilmu, baik terkait dengan Al-Quran, hadis, fikih, usul fikih, tarikh, lugah, dan selainnya. Kecintaannya pada Al-Quran dan Hadis menjadikan beliau mengambil program khusus Lughah Arabiyyah wa Adabuha demi memahami kedalaman makna dua sumber syariat ini.
Selain pendidikan formal, UAH juga ber-talaqqi pada masyayikh bersanad, baik di Libya maupun negara yang pernah dikunjunginya. UAH belajar Al-Quran pada Syaikh Dukkali Muhammad Al-‘Alim (muqri internasional), Syaikh Ali Al-Liibiy (Imam Libya untuk Eropa), Syaikh Ali Ahmar Nigeria (riwayat warsy), Syaikh Ali Tanzania (riwayat Ad-Duri).
UAH juga belajar ilmu tajwid pada Syaikh Usamah (Libya). Adapun di antara guru tafsir UAH ialah Syaikh Tanthawi Jauhari (Grand Syaikh Al-Azhar) dan Bajiqni (Libya), sedangkan ilmu hadis beliau pelajari dari Shiddiq Basyr Nashr (Libya). Dalam hal ilmu fikih dan usul fikih di antaranya beliau pelajari dari Syaikh Ar-Rabithi (mufti Libya) dan Syaikh Wahbah az-Zuhaili (ulama Syiria).
Beliau mendalami ilmu lughah melalui syaikh Abdul Lathif As-Syuwairif (pakar bahasa dunia, anggota majma’ al-lughah), Muhammad Djibran (pakar bahasa dan sastra), Abdullâh Ustha (pakar nahwu dan sharaf), Budairi Al-Azhari (pakar ilmu arudh), juga masyayikh lainnya.
Adapun ilmu tarikh beliau pelajari di antaranya dari Ammar Al-Liibiy (sejarawan Libya). Selain para masyayikh tersebut, UAH juga aktif mengikuti seminar dan dialog bersama para pakar dalam forum ulama dunia yang berlangsung di Libya.
Pada akhir 2009 UAH diangkat menjadi amînul khutabâ, Ketua Dewan Khatib Jami Dakwah Islamiyyah Tripoli, yang berhak menentukan para khatib dan pengisi di Masjid Dakwah Islamiyyah. UAH juga aktif mengikuti dialog internasional bersama para pakar lintas agama, mengisi berbagai seminar, termasuk acara tsaqafah Islâmiyyah di Channel At-tawâshul TV Libya.
Awal 2011 UAH kembali ke Indonesia dan mengasuh Ponpes Al-Quran Al-Hikmah Lebak Bulus Jakarta. Dua tahun kemudian UAH berpindah ke Bekasi dan mendirikan Quantum Akhyar Institute, yakni yayasan yang bergerak di bidang studi Islam dan pengembangan dakwah.
Saat ini UAH aktif menjadi narasumber keagamaan, baik taklim, seminar, dan selainnya. UAH juga giat mengukir pena dan telah melahirkan karya dalam bahasa Arab dan Indonesia. Di antaranya Minhatul Jalil Bita’rifi Arudil Khalil (pengantar kaidah puisi Arab, 2010), Quantum Arabic Metode Akhyar (cara cepat belajar bahasa Arab, 2011), Marifatul Insan: Pedoman Al-Qur’an Menuju Insan Paripurna (2012), dan sebagainya.
Saat ini penulis aktif mengajar di berbagai taklim keagamaan, menjadi dosen tamu dan luar biasa universitas, narasumber kajian Islam, Dewan Pakar Masjid Al-Ihsan PTM-VJS Bekasi, serta Direktur Pusat Kajian Islam Quantum Akhyar Institute.***