Iklan

Iklan

,

Iklan

Islam Memosisikan Perempuan Bukan Objek Seksual!

Redaksi
Minggu, 31 Oktober 2021, 17:24 WIB Last Updated 2022-08-29T00:49:39Z


Sempat viral poster yang berisi larangan wanita memakai ransel. Alasannya, tali tas ransel akan menekan bahu perempuan, sehingga bisa membuat lekukan pada tubuh. Konon, aturan ini bersumber dari kitab Fatawa ala Ath-Thoriq fi Masa’il Mutanawwi’ah karya Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin.


Anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Alimatul Qibtiyah menanggapi bahwa pandangan di atas berangkat dari cara pandang yang memposisikan perempuan sebagai objek seksual. Ia mengatakan bahwa perempuan yang biasa memakai ransel itu justru lebih sehat. Alasannya, beban ransel ditopang oleh tubuh secara seimbang. Hal ini membuat pribadi menjadi kuat dan sehat.


Sesuai dengan bunyi hadis bahwa mukmin yang kuat lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah (HR. Ibnu Hibban).


“Jika kamu melihat perempuan menarik, ingatlah pencipta-Nya. Jangan kemudian berpikir untuk menguasainya atau melecehkannya. Sebab dalam sebuah hadis disebutkan bahwa pandangan pertama nikmati, pandangan kedua laknat,” ujar Guru Besar Studi Gender Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga ini dalam acara yang diselenggarakan Universitas Ahmad Dahlan pada Sabtu (30/10/2021), dikutip dari Muhammadiyah.or.id.


Alim mengatakan bahwa memposisikan perempuan sebagai objek seksual yang tubuh dan perasaannya bisa dikuasai merupakan awal dari tindakan pelecehan seksual. Perbuatan pelecehan seksual ini bisa bermacam-macam, salah satunya yang dalam ranah psikologi disebut dengan “catcalling”. Mengutip Oxford Dictionary, ‘catcalling’ diterjemahkan sebagai siulan, panggilan, dan komentar yang bersifat seksual dan/atau tidak diinginkan oleh pria terhadap wanita yang lewat.


Contoh catcalling yang biasa dipraktekkan di banyak tempat di Indonesia: “Eh, Cantik, mau ke mana, mau diantar gak?”; “Assalamualaikum, manis, mau Abang antar?”; “Mbak mau ke mana? Kok jalan sendirian?”; “Hai, cantik, sudah punya pacar belum?”; dan masih banyak lagi. Boleh jadi, siulan dan komentar atas tubuh perempuan adalah wujud dari pelecehan seksual di jalan.


“Catcalling itu sebenarnya keramahan palsu. Sebab ungkapan-ungkapannya seperti ramah namun sebenarnya palsu. Kenapa? Karena hal ini kadang hanya sebagai cara menggoda atau merendahkan seseorang,” tegas Anggota Komisi Nasional Anti Kekerasan Terhadap Perempuan.***

[Muhammadiyah.or.id]

Iklan