Iklan

Iklan

,

Iklan

Allah Pelindungmu

Redaksi
Minggu, 30 Oktober 2022, 12:12 WIB Last Updated 2022-10-30T05:12:18Z


Oleh: Prof. KH. Dadang Kahmad,
Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah


Allah Ta'ala menceritakan mengenai Rasul dan sahabatnya dalam firman-Nya: "(Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan, ‘sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka’, maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab, ‘Hasbunallah wa ni'mal wakiil (cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung)."  (QS Ali-Imran: 173). 


Saat kita dihimpit masalah, dirundung duka, dibebani kesulitan hidup, juga merasa berada dalam ancaman, maka ucapkanlah doa atau dzikir Hasbunallah wani’mal-wakîl ni’mal-mawlâ wani’man-nashîr (cukuplah Allah tempat berserah diri bagi kami, sebaik-baik pelindung kami, dan sebaik-baik penolong kami). 


Doa tersebut berisi pernyataan ketergantungan kita kepada-Nya, memohon perlindungan-Nya, dan mengembalikan semua masalah kepada-Nya. Doa tersebut tercantum dalam Al-Quran dan Hadits. 


Allah Swt. berfirman, “(Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan ‘Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka’, maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab HasbunalLâh Wani’mal-Wakîl, (Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung).” (QS Ali-Imran [3]:173). 


Juga di dalam firman Allah lainnya, “Dan jika mereka berpaling, maka ketahuilah bahwasanya Allah Pelindungmu. Dia adalah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong (Ni'mal-Mawla Wani'man-Nashîr)“. (QS Al-‘Anfal [8]:40).


Di dalam sebuah hadis dikatakan bahwa Nabi Muhammad datang pada hari Perang Uhud, lalu ada yang berkata, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya orang-orang (kafir) telah mengumpulkan pasukan untuk menyerangmu, maka takutlah kepada mereka. 


Lalu, beliau mengucapkan ‘Hasbunallah wani’mal wakil, kemudian Allah menurunkan ayat: “Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka,” maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab, “Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung”. (HR Bukhari). 


Cukuplah bagi kita sebagai hamba yang beriman bahwa doa yang diajarkan rasul di atas sebagai penguat diri di kala hati ada dalam ketakutan dan ketidakpastian. 


Usaha harus disertai oleh doa, begitupun sebaliknya, doa wajiblah diikuti oleh usaha, sebagai tindakan terpuji hamba yang memiliki iman dan mengakui kuasa Allah swt. Jika berdoa dan berusaha tidak dilakukan, maka hamba tersebut tidak memiliki motivasi hidup sebagai ibadah. 


Banyak cara yang dilakukan manusia untuk berhubungan dengan tuhan-tuhan mereka. 


Ada orang yang melakukan pengorbanan nyawa manusia seperti yang dilakukan oleh suku bangsa Aztek di  Amerika selatan, ada juga dengan jalan menyiksa diri dengan berbaring di tempat papan yang berpaku tajam seperti di India, ada juga yang selalu menjaga kesucian diri dengan cara tidak kawin, atau tidak makan dalam beberapa hari, dan ada juga orang yang selalu membawa patung kecil sebagai simbol tuhannya dengan keyakinan bahwa tiap kesempatan bisa berhubungan dengan-Nya.


Di dalam ajaran Islam berhubungan dengan tuhan berbeda dengan yang telah dijelaskan di atas,  sebab keadaan tuhan dalam agama Islam sangat berbeda dengan konsep tuhan dalam agama-agama yang lain. 


Allah, tuhan kita adalah zat Yang Hidup dan Berkuasa, tidak pernah Mengantuk dan tidak pernah Lupa (QS. Al-Baqaraha [2]: 255), Allah bisa dihubungi oleh manusia kapan saja dan di mana saja, selama duapuluh empat jam dengan tidak membutuhkan tempat khusus dan waktu yang khusus. 


Dia begitu egaliter dan familier. Dia juga sangat senang kalau selalu dihubungi dan sebaliknya tidak senang kalau dibiarkan tanpa dihubungi.   Berhubungan dengan Allah bisa melalui ibadat ritual yang telah ditentukan tatacaranya oleh Allah sendiri. 


Bisa juga dengan doa-doa yang kita rancang sendiri dan kita panjatkan ketika kita butuh pertolonganNya. Berhubungan dengan Allah selain dalam bentuk doa juga bisa dalam bentuk dzikir mengingat akan nama-Nya sehingga akan membuat hati kita damai tenang dan tentram.


“Maka demi tuhanmu, mereka tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya” (Q.S. An-Nisaa’ [4]:65).


Dengan demikian, siapa saja yang akan melakukan suatu perbaikan sosial, harus berangkat dari Iman kepada Allah, kepada malaikat-Nya, kepada kitab-kitab-Nya, kepada Rosul-Nya, kepada pertemuan dengan-Nya, kepada surga-Nya, dan kepada neraka-Nya. 


Apabila manusia telah tunduk pada Tuhannya, kendali segala urusan diserahkan kepada-Nya, berarti manusia tesebut telah merasa ridha Allah sebagai Tuhannya, Islam sebagai agamanya, dan Nabi Muhammad saw. sebagai nabi, penuntun, dan petunjuk baginya, maka pada saat itulah hati orang tersebut akan patuh kepada perintah Allah. 


Tunduk kepada peraturan-Nya, sambil mengharapkan rahmat-Nya, dan takut terhadap azab-Nya, cinta kepada rida-Nya dan takut terhadap siksanya, dan  

tidak akan berani melangkah walau hanya satu langkah apabila mengundang kemarahan-Nya. 


Mereka berangkat menuju kehidupan dalam iman, meninggalkan khamar ‘minuman keras’ dan segala bentu perjudian, tanpa cacian dan makian, tanpa kejelekan dan kekejian. 


Tanpa dendam dan kesombongan, tanpa kegaduhan dan kesulitan, tanpa merusak kehormatan dan zalim terhadap orang-orang yang lemah. Sesungguhnya revolusi itu adalah revolusi keselamatan dan kesuburan, kemuliaan bagi umat manusia. 


Padahal asalnya mereka itu umumnya golongan orang yang fakir, dan tidak terkenal. 


Namun iman telah mengubah dan menggantikan keberadaan mereka, sehingga sebagian dari mereka bisa mengambil haknya dan yang lainnya ikhlas memberikan kewajibannya. 


Iman telah mnyucikan dan membersihkan hati mereka, meletakkan dasar-dasar keadilan, kebajikan dan kasih sayang ke dalam jiwa mereka. Pada akhirnya keberadaan mereka laksana para malaikat, mereka suci, jauh dari kejelekan, bercahaya, dan berada dalam hidayah Allah Yang Mahakuasa.


Sungguh, itulah iman yang harus dijadikan titik keberangkatan manusia. Tanpa adanya iman harapan tak ada artinya. Oleh karena itu orang-orang yang ingin memperbaiki sosialnya, harus memulainya dengan iman. 


Teguh menghadapi segala rintangan yang datang dari segenap penjuru atas dasar iman, dan menjadikan iman sebagai wasit dalam segala urusan. 


Ketika dua orang mukmin bertemu, mereka berdua benar-benar menjadi saudara. Ketika arak-rakan orang-orang mukmin berjalan masuk pintu gerbang masyarakat di sanalah terdapat cinta, kasih sayang, gotong royong  dan persekutuan dalam hati sanubarinya. 


Ketika sekelompok orang mukmin bertemu atas dasar “Tiada Tuhan selain Allah, Allah yang Mahaagung” yang timbul dari lubuk hati mereka yang lurus, pada saat itu tidak perlu kita mengatakan kepada seseorang dari mereka,” Berlaku adillah kamu terhadap saudaramu”, karena akan kita temukan orang beriman lebih mementingkan saudaranya daripada  dirinya sendiri.


Digubah dari buku karya prof. Dadang Kahmad berjudul, Musibah Pasti Berlalu (Quanta, 2014). 

Iklan