Iklan

Iklan

,

Iklan

Berserah Diri Orang Beriman

Redaksi
Selasa, 04 Oktober 2022, 11:57 WIB Last Updated 2022-10-04T04:57:20Z


Oleh: Prof. KH. Dadang Kahmad,
Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah


Berserah diri kepada Allah merupakan ciri orang-orang mukmin. Mereka mampu melihat kekuasaan Allah sehingga pilihan terbaik bagi dirinya adalah menyandarkan diri kepada-Nya. 


Rasulullah Saw. bersabda: “Tidaklah beriman seorang hamba Allah hingga ia percaya kepada takdir yang baik dan buruk, dan mengetahui bahwa ia tidak dapat menolak apa saja yang menimpanya (baik dan buruk), dan ia tidak dapat terkena apa saja yang dijauhkan darinya (baik dan buruk).”


Setiap makhluk di dunia ini Allah ciptakan dengan takdirnya sendiri-sendiri. Semuanya sudah tertulis di Lauh Mahfudz. Orang-orang yang beriman akan meyakini takdir ini dan mengetahui bahwa takdir apapun yang Allah ciptakan adalah yang terbaik baginya. 


Itulah mengapa kehidupan orang mukmin selalu berlimpah kenikmatan, kebahagiaan, dan ketenangan. Mereka senantiasa berserah diri kepada Allah dan yakin akan kebaikan-kebaikan yang menyertai takdirnya itu. 


Cobaan yang mereka hadapi berupa kekurangan materi, penyakit, maupun musibah-musibah lainnya tidak akan pernah mengurangi keimanan mereka. Justru cobaan itu yang akan menempa kehidupan mereka sehingga menjadi pribadi-pribadi yang lebih kuat dan tentunya lebih berharga di hadapan Allah. 


Berserah diri pada hakikatnya harus melampaui beberapa langkah wajib, didahului dengan iman, percaya dengan sungguh-sungguh kepada Allah, dibarengi dengan usaha atau ikhtiar sekuat tenaga, baru kemudian menyerahkan sepenuhnya hasil usahanya kepada ketentuan Allah yang terbaik. 


Selain itu, juga mengenai tindakan berjaga-jaga. Orang-orang yang beriman akan melakukan tindakan preventif sebelum terjadinya sesuatu. Sebagai ilustrasi, misalnya ada orang yang sakit parah. 


Sudah sewajarnya dia melakukan pengobatan untuk kesembuhan sakitnya. Namun, kematian itu Allah yang menentukan. Andai orang tersebut kemudian meninggal, itu sudah takdir Allah. 


Seandainya pula orang tersebut kemudian bisa sembuh, bukan berarti pengobatan itu menjadi sesuatu yang mengubah takdirnya, tetapi memang Allah menghendaki begitu. 


Sesungguhnya apapun yang kita lakukan bukan merupakan usaha mengubah takdir, tetapi merupakan bagian dari takdir itu sendiri. Memang, terkadang kelihatan sangat rumit persoalan takdir ini. Tapi orang-orang yang di dalam hatinya bersemayam iman, ia akan selalu menyandarkan diri kepada Allah SWT. Merekalah orang-orang yang berbahagia menjemput takdirnya. 


Apa yang menjadikan para mukmin itu berserah diri kepada Allah? Yakni karena mereka percaya bahwa ada kebaikan dalam setiap ’tindakan’ Allah. 


”Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu. Dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui.” (QS Al Baqarah: 216)


Sungguh ilmu Allah itu Maha Luas, sedangkan apa yang diketahui oleh manusia itu hanya sedikit sekali. Ilmu manusia itu ibarat setetes air dalam samudra yang luas. Tak pantas kemudian manusia menyombongkan diri atau menyikapi takdir sepanjang akal pikirannya sendiri. 


”Mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS An-Nisa: 19)


Adakalanya manusia berpikiran sempit. Apabila yang didapatkan tidak sesuai dengan keinginannya, maka ia menggerutu bahkan mengutuk nasibnya. Namun, jika apa yang didapatkannya sesuai dengan apa yang ia inginkan, hatinya menjadi sombong, seolah-olah keinginannya tercapai berkat usahanya sendiri. 


Ingatlah, tidak ada satu pun peristiwa di muka bumi ini yang tidak mengandung campur tangan Allah. Takdir baik dan takdir buruk itu hanya ada dalam persepsi manusia. 


Bagi Allah, selalu ada kebaikan dalam setiap hal yang terjadi dan ditimpakan kepada hamba-hamba-Nya. Demikian jika kita mau sedikit saja berpikir. Daya nalar kita tak sanggup menjangkau apa yang diketahui Allah. 


Maka, sikap terbaik untuk menghadapi kehidupan ini hanya berserah diri kepada-Nya. Engkau lebih tahu ya Allah, apa-apa yang terbaik bagi kami.


Orang-orang yang beriman akan mampu melihat kebaikan dan hikmah dari setiap kejadian. Apabila tak mampu melihat kebaikan pada sesuatu pun, ia akan berprasangka baik kepada Allah. Tak ada satu benda atau makhluk pun yang Allah ciptakan dengan sia-sia. Segala sesuatu yang Allah ciptakan memiliki tujuan. 


Orang-orang yang beriman tidak akan pernah mengucapkan kata-kata, ”Seandainya saya tidak melakukan itu, saya tidak akan begini” dan ungkapan pengandaian lain. Kejadian-kejadian yang terlihat tidak menguntungkan di hadapan manusia sesungguhnya hanya merupakan ujian. 


Allah ingin memberikan pelajaran berharga kepada manusia melalui kehendak-kehendak-Nya. Tidak ada kesalahan pada setiap takdir Allah, yang ada hanyalah hikmah dan pelajaran. 


Sikap seorang mukmin dalam menghadapi setiap kehendak Allah menjadi tolok ukur sejauh mana dirinya beriman dan percaya bahwa ada kebaikan di balik sebuah kejadian. Beruntunglah orang-orang yang menyerahkan diri, melihat kebaikan dalam hal apapun. 


Apabila ia kehilangan harta benda, ia tetap berkhusnudzon kepada Allah. Mungkin Allah hendak memberikan dia pelajaran agar ia tidak menjadi sombong dan congkak dengan kelebihan harta itu. Apabila ia diserang suatu penyakit yang susah disembuhkan, ia tetap berbaik sangka. 


Mungkin Allah ingin menghapus dosa-dosanya di masa lalu agar ketika kelak bertemu di hadapan Allah sudah tidak ada lagi dosa padanya. Apabila ia terkena fitnah, ia pun tetap berserah diri pada Allah. Mungkin Allah hendak mengujinya dengan kesabaran. 


Bukankah Allah sangat menyukai hamba-hamba-Nya yang sabar? “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tidak bersedih hati. Yaitu orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. Bagi mereka berita gembira di dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. Tidak ada perubahan bagi kalimat-kalimat Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar.” (QS. Yunus: 62-64).  


Bagi orang-orang yang berserah diri, Allah tidak akan menciptakan kekhawatiran padanya. Pernyataan dan sikap pasrah serta bersandar kepada Allah menjadikan setiap peristiwa itu merupakan kabar gembira. 


Mereka yakin dengan sepenuh hati bahwa di balik semua itu selalu tersimpan kebaikan-kebaikan. Ini menjadikannya selalu optimis, berpikiran positif, dan selalu bersyukur atas rahmat Allah. 


Bahagianya orang-orang yang berserah diri hanya kepada Allah. Mereka tidak melihat keburukan sedikitpun. Cahaya iman yang menyelimuti hatinya mengantarkan pada kebersihan jiwa, ketulusan sikap, dan penyerahan diri secara total kepada Dzat Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. 


Dalam sebuah hadits, Rasulullah menegaskan: “Janganlah salah satu di antara kalian mati kecuali berprasangka baik terhadap Allah.” (Al-Hadits). 


Ketika kita sedang dirundung permasalahan, ditimpa kesedihan, hampir berputus asa, percayalah bahwa permasalahan itu datang untuk menguatkan kita, kesedihan itu tidak akan datang kecuali ada kebahagiaan yang menyertainya, dan yakinlah bahwa rahmat Allah itu Maha Luas. 


Rasulullah Saw., bersabda,“Tidaklah seorang muslim ditimpa kesulitan demi kesulitan, kegundahan demi kegundahan, kesedihan demi kesedihan, kesakitan demi kesakitan, kedukaan demi kedukaan, sampai sepotong duri yang melukai kakinya, kecuali Allah akan menghapus dosa-dosanya.” (HR Bukhari Muslim).


Oleh karena itu, kita hendaknya berbaik sangka kepada Allah, kembali kepada-Nya dan berserah diri hanya kepada-Nya. Tidak ada satu pun yang menjadi sekutu baginya. Allah adalah satu-satunya tempat bersandar, tempat kembali, dan tempat memohon pertolongan. 


Kesungguhan iman kita akan membimbing setiap jiwa untuk pasrah dan berserah diri dalam segala urusan, Allah lebih tahu mana yang terbaik untuk hamba-Nya. Tidak layak seorang manusia berburuk sangka kepada Allah karena hanya Dialah yang Hak, tiada kekurangan pada-Nya, dan hanya kembali kepada-Nya lah segala urusan. 


Digubah dari buku karya Prof Dadang Kahmad berjudul, Musibah Pasti Berlalu (Quanta, 2014).

Iklan