Oleh: Ace Somantri, Dosen Universitas Muhammadiyah Bandung (UM Bandung)
Warga persyarikatan Muhammadiyah dipastikan 99 persen beragama Islam, kenapa tidak 100 persen? Padahal organisasi masyarakat Islam, harusnya warga persyarikatan semua beragama Islam.
Bukan hanya itu yang menjadi pertanyaan, Islam atau bukan Islam sebagai batasan formal keanggotaan di persyarikatan. Perlu ditegaskan, Muhammadiyah lahir bukan hanya untuk orang Islam, melainkan seluruh umat manusia di muka bumi.
Sebagaimana Muhammad SAW dilahirkan untuk kebahagiaan dan kesejahteraan alam semesta, sebuah refleksi kelahirannya. Dalam konteks Muhamamdiyah, maka tidak sedikit amal usaha Muhamamdiyah wilayah Timur memberi dan memfasilitasi menuju kebahagaian dan kesejahteraan melalui lembaga pendidikan dan institusi kesehatan, bukan hanya untuk warga Muhammadiyah saja. Kasih sayang tidak diskriminatif, berlaku untuk semua masyarakat tanpa sekat batas suku dan agama.
Kenapa Muhamamdiyah tersebar dengan amal usaha sebagai media paling taktis dan strategis? karena masyarakat Indonesia, baik beragama Islam ataupun non agama Islam sangat membutuhkan akselerasi keilmuan yang berharap memiliki wawasan dan skill.
Pun sama, masyarakat membutuhkan layanan kesehatan demi keberlangsungan aktifitas hidup tidak banyak terhambat. Muhammadiyah hadir memenuhi dahaga dan kehausan masyarakat kala itu hingga saat ini.
Sistem akidah Muhammadiyah keyakinananya dengan paradigma faham akidah etis yang membahagiakan, mensejahterakan dan membawa dan membangun kedamaian dunia dan akhirat.
Apapun alasannya, Islam menjadi ajaran bagi umat manusia sudah pasti menyelamatkan, bukan hanya pada Manusia saja melainkan mahluk lainnya yang taat akan ajaran-Nya.
Dalam pengajian Pimpinan Daerah Muhamamdiyah Kabupaten Bandung pada tanggal 09 oktober 2022, kebetulan pengajian keliling daerah tempat dan lokasinya di aula serbaguna Pimpinan Cabang Muhammadiyah Bandung Selatan.
Pada kesempatan itu didaulat untuk berceramah yakni dari Jawa Timur, yaitu ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur bapak Dr. KH. M. Saad Ibrahim, MA. Sedikit disampikan di depan jamaah Muhammadiyah kabupaten Bandung alasanya mengundang Ketua PWM Jawa Timur, momentum pengajian menjadi saat yang tepat memberi dan menaburkan petuah-petuah semangat untuk beramal sholeh, khususnya memberi taburan spirit dan motivasi meningkatkan kualitas amal usaha Muhammadiyah lebih makmur, berharap kemandirian persyarikatan.
Ada kata kunci dalam pengajian kali ini, yaitu kutipan Q.S. Yasin yang menegaskan bahwa apabila ada irodah atau semangat berkeinginan kuat, maka Allah akan memberikan irodahnya sehingga apa yang di inginkan akan di jadikan oleh Allah Ta'ala (kun, fayakun).
Irodah qubro atau semangat jiwa yang besar berbuat amal sholeh akan membawa jiwa dan raga beramal kreatif, inovatif dan produktif. Berapapun modal finansial yang di miliki persyarikatan jangan menjadi halangan dan hambatan, karena akan muncul dan nampak ketika para aktifisnya memiliki semangat juang yang tinggi dan penuh kerja keras, cerdas dan tuntas.
Walaupun sebagian kawan dan sahabat berkomentar pedas padahal sebenarnya tidak waras.
Ada kisah nyata katanya, salah satu PDM di Jawa Timur pada suatu ketika para aktifisnya berniat membangun Masjid karena jamaah pengajian sudah meluber ke halaman luar, bahkan lebih banyak jamaah di luar Masjid.
Konon kabarnya, PD Muhammadiyah saat itu hanya memiliki dana 19 juta rupiah, sementara anggaran ril membutuhkan 6 miliyar rupiah. Dengan semangat dan irodah yang sangat kuat, tidak lama masjid berdiri hingga mengembang menjadi masjid yang unik dan megah. Sehingga diresmikan oleh ketua umum pimpinan pusat Muhammadiyah, Ketua PW Muhamamdiyah Jawa Timur dan Gubernur Jawa Timur.
Dan kemegahannya dan keunikannya dari berbagai fungsi fasilitas pendukungnya menelan 30 miliyar lebih, masyaallah luar biasa sekali semangat mereka penggerak persyarikatan Muhammadiyah. Irodah qubro memantik spirit berjuang untuk kebesaran pesyarikatan Muhammadiyah di Jawa Timur, umumnya Muhammadiyah di berbagai belahan nusantara Indonesia hingga belahan dunia. Wallahu'alam
Bandung, Oktober 2022