Clifford Geertz Atropolog asal Amerika yang pernah melakukan penelitian di Mojokuto Kediri membagi masyarakat Indonesia menjadi tiga kelompok: Santri, Abangan dan Priayi.
Santri merupakan seorang muslim yang kental dan taat menjalankan ritual-ritual KeIslaman seperti shalat. Sementara abangan adalah muslim yang tidak menjalankan ritual KeIslaman. Muslim hanya status saja. Sementara priayi adalah kalangan bangsawan.
Dari pembagian kelompok masyarakat tersebut, kita tahu bahwa ketiganya berperan dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Salah satu bentuk pengakuan dari pemerintah atas jasa seorang tokoh dalam kemerdekaan adalah pemberian gelar Pahlawan Nasional.
Kelompok santri termasuk yang banyak berkontribusi dalam perjuangan bangsa. Tulisan ini akan mencoba mengulas lima tokoh berlatar belakang santri yang dianugerahi Pahlawan Nasional.
1. Pangeran Diponegoro
Pangeran Diponegoro dikenal sebagai tokoh Perang Jawa yang terjadi pada tahun 1825-1830. Pangeran Diponegoro dikenal sebagai pribadi yang cerdas, banyak membaca, dan ahli di bidang hukum Islam-Jawa.
Dia juga lebih tertarik pada masalah-masalah keagamaan ketimbang masalah pemerintahan keraton dan membaur dengan rakyat. Pangeran Diponegoro wafat di Sulawesi Selatan semasa pembuangan. Beliau memperoleh gelar Pahlawan Nasional pada masa Soekarno.
2. Tuanku Imam Bonjol
Tuanku Imam Bonjol merupakan seorang ulama yang berjuang melawan penjajahan. Perang yang terkenal diikuti oleh beliau adalah Perang Padri. Sangat disayangkan pada awalnya Perang Padri terjadi antar sesama anak bangsa.
Antara kaum Padri yang ingin penerapan syariat Islam dengan kaum adat yang ingin mempertahankan tradisi. Kaum adat sempat bekerja sama dengan Belanda untuk melawan kaum Padri.
Walaupun pada akhirnya Kaum Padri dan Kaum Adat berhasil damai dan bersama-sama melawan Belanda. Imam Bonjol dianugerahi Pahlawan Nasional pada 6 November 1973.
3. HOS. Cokroaminoto
Hadji Oemar Said Cokroaminoto merupakan pemimpin Syarikat Islam yang sebelumnya bernama Syarikat Dagang Islam. SI berkembang pesat menjadi kekuatan politik yang digemari rakyat. HOS Cokroaminoto sempat dianggap sebagai Satrio Piningit atau Ratu Adil.
Dia mendidik beberapa tokoh bangsa dengan ideologi yang berbeda yakni Soekarno yang nasionalis, Kartosuwiryo seorang Islamis dan Semaun seorang komunis. Cokroaminoto diangkat sebagai pahlawan nasional oleh Soekarno pada tahun 1961.
4. KH. Ahmad Dahlan
KH. Ahmad Dahlan merupakan pendiri organisasi Muhammadiyah. Lahir dari golongan santri di Yogyakarta, Kiai Dahlan mendapat pendidikan agama sejak kecil. Beliau juga sempat belajar di Mekkah sebanyak 2 kali.
Setelah pulang dari Mekkah, Kiai Dahlan membentuk Persyarikatan Muhammadiyah sebagai organisasi yang melaksanakan pemikiran-pemikirannya. KH. Ahmad Dahlan melakukan reformasi pemahaman keagamaan umat Islam sehingga bisa menghadapi modernitas. KH. Ahmad Dahlan ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional oleh Ir. Soekarno pada tahun 1961.
5. KH. Hasyim Asy'ari
KH. Hasyim Asy'ari merupakan pendiri organisasi Nahdlatul Ulama, sebagai wadah para ulama tradisionalis di Indonesia. KH. Hasyim Asy'ari tercatat pernah mengeluarkan Resolusi Jihad pada 22 Oktober 1945 saat agresi Belanda ke Indonesia.
KH. Hasyim Asy'ari juga senang menulis berbagai kitab yang berisi ilmu-ilmu keagamaan. KH. Hasyim Asy'aro ditetapkan sebagai pahlawan nasional pada tahun 1964. ***(RK/ruangsujud.com)