Iklan

Iklan

,

Iklan

Rasulullah Tetap Welas Asih Pada Orang yang Akan Membunuhnya

Redaksi
Sabtu, 01 Oktober 2022, 09:30 WIB Last Updated 2022-10-06T14:58:50Z


Oleh: KH. Irfan Amalee, MA & Ust. Dadan Ramadhan, S.Ag


Kekalahan perang badar sangat memukul mental orang Mekah. Salah satu yang begitu terpukul adalah Safwan Bin Umayyah bin Khalaf yang ayah dan saudaranya gugur di medan Badar.


“Hidup ini tak ada lagi artinya setelah perang Badar! Aku berharap menemukan jalan untuk membalas dendam!” keluh Safwan kepada Umayr bin Wahab yang anaknya ditawan oleh pasukan Madinah. 


Mendengar itu, Umayr menimpali, “Aku punya rencana jitu untuk membunuh Muhammad! Tapi aku masih punya banyak hutang yang harus dibayar dan anak-anak yang masih kecil yang jadi tanggungan.”


Dengan semangat, Safwan berkata, “Aku akan membayar semua hutang-hutangmu. Aku juga akan mengurus anakmu sebagaimana aku mengurus anakku sampai aku mati. Bagaimana rencanamu membunuh Muhammad?”


Lalu Umayr menceritakan rencananya, “Aku tahu Muhammad itu tidak pernah dijaga oleh pengawal pribadi. Aku akan lumuri pisauku dengan racun yang sangat berbahaya. Aku akan menemui Muhammad dan bernegosiasi tentang tebusan tawanan perang Badar. Saat ada kesempatan, maka aku akan menusukkan pisauku ini. Aku yakin Muhammad tidak akan bisa bertahan lama saat racun menjalari tubuhnya”.


Safwan menyetujui rencana Umayr. Di sudut Hatim, salah satu pojok dekat Ka’bah, mereka saling mengulurkan tangan tanda bersepakat untuk menjalankan misi ini dan menjaga rahasia, tanpa seorang pun tahu. 


Tanpa menunggu waktu lama, Umayr langsung meluncur menuju Madinah. Sementara Safwan merasa bahagia dan mengatakan pada orang-orang yang dia temui bahwa sebentar lagi akan ada kabar gembira.


Setelah perjalanan panjang, akhirnya Umayr tiba di Madinah. Dia langsung menuju kediaman Rasulullah Saw. Umar bin Khathab melihat kedatangan Umayr dengan pandangan waspada dan langsung mengeluarkan pedang yang diarahkan Umayr, “Sungguh orang ini datang dengan niat jahat!”


Melihat itu, Rasulullah meminta Umar untuk menyarungkan pedangnya, “Biarkan dia menghadapku wahai Umar!”


Lalu Umar membiarkan Umayr untuk menemui Nabi sambil meminta sahabat lain untuk terus mengawasi gerak gerik Umayr.


“Mendekatlah kemari wahai Umayr” kata Rasulullah


Sambil mendekat kepada Rasulullah, Umayr mengucapkan salam khas masa jahiliyah, “An’imuu shabaahan”


Merespon salamnya, Rasulullah bersabda, “Allah telah memberikan salam yang lebih baik dari salammu, yaitu salam yang dimiliki oleh penghuni surga (Assalaamualaikum).”


Lalu nabi bertanya, “Apa maksud kedatanganmu ke sini?”


“Aku datang ke sini untuk menebus anakku yang menjadi tawananmu” jawab Umayr.


“Lalu bagaimana dengan pisau yang kau kalungkan di lehermu itu? Katakanlah dengan jujur apa maksudmu ke sini?” Tanya Rasulullah.


Umayr agak kaget dengan pertanyaan itu, dengan nada agak gemetar Umayr menjawab, “Betul aku ke sini hanya untuk urusan tebusan tawanan”.


Lalu Rasulullah menyusul lagi dengan sebuah petanyaan yang membuat Umayr tercengang, “Apa yang kau bicarakan bersama Safwan si pojok Hatim dekat Ka’bah? Engkau mengatakan bahwa engkau punya banyak hutang dan tanggungan anak yang masih kecil. Dan engkau berniat membunuh Muhammad. Lalu rencana itu didukung oleh Safwan dengan janji akan membayar utang-utangmu dan mengurus anakmu. Sementara ada Allah di antara engkau dan aku.”


Mendengar itu, Umayr pucat pasi karena kaget. Bagaimana mungkin Muhammad tahu detail percakapannya dengan Safwan? Padahal Umayr yakin tak ada seorangpun di sudut Hatim saat ia berbincang dengan Safwan.


Umayr langsung bersimpuh di hadapan Rasulullah Saw dan mengucap, 

أشهد أنك رسولالله

“Aku bersaksi bahwa Engkau adalah utusan Allah”.


Melihat kejadian itu Umar Bin Khathab berkata,

لخنزير كان أحب إلي منه حين طلع ولهو اليوم احب الي مني بعد بني


"Demi Allah saat Umayr bin Wahab tadi datang, aku melihatnya lebih buruk dari babi (krn membawa niat buruk). Tapi sekarang aku melihat Umayr bin Wahab sosok yang aku cintai seperti aku mencintai anak-anakku”.


Lalu Rasulullah menyuruh Umar bin Khathab dan sahabat lain untuk mengajar Umayr bin Wahab tentang Islam, membacakan untuknya Al-Quran, dan membebaskan anak Umayr dari tawanan.


Umayr begitu takjub dengan keluhuran akhlak Rasulullah, “Wahai Rasulullah, selama ini aku selalu berupaya keras memadamkan cahaya Allah dengan mencelakai para pengikutmu. Sekarang aku ingin membayar semua kesalahanku. Izinkan aku untuk kembali ke Mekah dan menyeru orang-orang agar mengikuti ajaranmu!”


Setelah mendapat izin dari Rasulullah, Umayr kembali ke Mekah untuk berdakwah. Banyak orang masuk Islam di tangan Umayr bin Wahab.


Safwan yang sudah tak sabar menanti kabar kecewa berat. Yang ia tunggu tunggu adalah kabar terbunuhnya Muhammad, tapi yang datang malah kabar masuk Islamnya Umayr.


Sumber:

1. Golden Morals, Abdul Malik Mujahid, Darussalam Riyadh 2014

2. Sirah Ibn Hisyam (1/66), Ar-Rahiq Al-Makhtum p. 213, Ad-Dalail An-Nubuwah: 3/148.

Iklan