Iklan

PMB Uhamka

Iklan

PMB Uhamka
,

Iklan

Mahasiswa, Episentrum Gerakan Pembaharuan Kaum Muda

Redaksi
Rabu, 23 November 2022, 13:48 WIB Last Updated 2022-11-23T06:48:56Z


Oleh: Ridwan Marwansyah,
Aktivis Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Universitas Padjadjaran


BANDUNG - Sebagai penyandang nama Pemuda patut kita yakini juga pahami bahwasannya pemuda selalu menjadi salahsatu bagian dari perjalanan panjang hingga kini dalam pembaharuan pemikiran, sehingga sampai mampu berdirinya sebuah bangsa yang lahir dari rahim pergerakan pembaharuan kaum muda itu sendiri.


Secara historis kita dapat melihat ke belakang kejadian penculikan Rengasdengklok yang menjadi salahsatu momentum penting atas Proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia ini. 


Tercatat dalam sejarah Peristiwa Rengasdengklok merupakan salah satu bagian dari sejarah kemerdekaan Indonesia, dari peristiwa itulah Indonesia berhasil memproklamirkan kemerdekaannya pada Jumat, 17 Agustus 1945. 


Dari peristiwa itu juga mempertegas bahwasannya Indonesia murni merdeka karena perjuangan rakyatnya dengan kaum muda sebagai inisiatornya. Peristiwa Rengasdengklok terjadi karena siasat para pemuda yang menginginkan kemerdekaan lebih cepat setelah mengetahui Jepang kalah dalam Perang Pasifik. Para pemuda yang terlibat dalam dalam penculikan Soekarno-Hatta di antaranya Soekarni, Aidit, Wikana, dan Chaerul Shaleh.


Episentrum


Konsep gerakan mahasiswa yang kita ketahui sering disesuaikan dengan konsep pengabdian tentunya pengabdian kepada masyarakat, bentuk ini memang lebih mudah direfleksikan. 


Namun jika kita melihat secara holistik, keadaan mahasiswa dan keadaan sosial yang berubah seharusnya menjadi alasan juga untuk menyesuaikan pemahaman atas kondisi tersebut. 


Pemahaman mengenai pergerakan juga seharusnya diperluas juga diperbaharui karena hal tersebut yang mempunyai keragaman orientasi tersendiri bagi kalangan mahasiswa.


Secara epistimologi, episentrum gerakan terdiri dari kata episemtrum yang dapat diartikan sebagai pusat atau inti, sementara gerakan artinya sebuah homonim karena arti-artinya memiliki ejaan dan pelafalan yang sama tetapi maknanya berbeda, namun gerakan disini memiliki arti dalam kelas nomina. 


Jadi paradigma dari episentrum gerakan adalah titik atau inti namun juga bisa di sebut sebagai kiblat dari suatu pergerakan yang sifatnya terpusat dan mempunyai tujuan yang jelas serta kongkrit.


Gerakan Pembaharuan


Gerakan pembaharuan di kalangan mahasiswa sudah mulai populer, hal sederhana yang terlihat ketika mahasiswa menggaungkan kata pembaharuan di dalam ranah–ranah yang sifatnya mengkritisi.


Mahasiswa menganggap ketika muncul ketidakadilan maka, solusi yang terlintas dalam pikiran mereka adalah pembaharuan itu sendiri. Hal tersebut elitis sifatnya karena gerakan pembaharuan membutuhkan kerelaan sepenuhnya dalam cita-citanya dengan segala resiko apapun yang diterima dalam konteks gerakan pembaharuan itu sendiri. 


Dan hal ini menjadi hal yang lumrah bagi sekumpulan kaum muda yang masih mempunyai tenaga segar dan fikiran yang masih tajam. Tidak sedikit kaum muda yang di dalam hatinya punya keinginan untuk memperbaharui suatu sistem atau suatu pemikiran yang dianggap perlu adanya perubahan ke arah yang lebih kongkrit.


Disinilah peran mahasiswa sebagai generasi yang nantinya meneruskan tonggak perjuangan dalam mempertahankan bangsanya sendiri. 


Dengan cara apa? Yaitu dengan cara tetap mengasah intelektual untuk pembaharuan yang lebih maju, karena tantangan zaman terus datang menghampiri dari masa ke masanya. 


Secara makna gerakan pembaharuan dan gerakan tajdid itu sama, Tajdid berasal dari kata jadda - yajiddu - jiddan/ jiddatan artinya sesuatu yang ternama, yang besar, nasib baik, dan baru. 


Pemikiran tajdid selaras dengan salah satu hadits Nabi Muhammad SAW dalam sebuah riwayat Abu Dawud. Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya pada setiap penghujung seratus tahun, Allah Subhanahu wa Ta'ala akan mengutus untuk umat ini orang yang akan memperbaharui agama mereka." (HR. Abu Dawud no. 3740 dan dinilai shahih oleh Syeikh al-Albani dalam Silsilah Ahadits ash-Shahihah no.599).


Ketika kita mendengar tajdid dan pembaharuan, kedua variabel tersebut sebetulnya sama saja, karena keduanya memiliki tujuan dan konsep yang sama. Hanya saja seringkali gerakan ini terhalang oleh tembok yang dinamakan kesopansantunan atau pemikiran-pemikiran yang dianggap kolot bagi kalangan mahasiswa. 


Sebab, pada dasarnya, ketika ada pembaharuan disitu pasti ada distorsi atau pendapat yang bersebrangan dalam pemikiran pembaharuan itu sendiri, karena narasi gerakan pembaharuan ini biasanya di bawa oleh para kaum muda yang dipelopori oleh mahasiswa.


Dari sini kita dapat menarik kesimpulan bahwa, episentrum gerakan pembaharuan tidak pernah lepas dari kaum muda yang mempunyai hasrat atau gairah mengubah suatu peradaban yang sudah seharusnya diperbaharui dari segi pemikiran, narasi, dan gagasan.


Namun harus kita ketahui, gerakan pembaharuan tidak cukup dengan waktu yang singkat, karena gerakan pembaharuan terjadi karena dinamika yang panjang. 


Begitupula narasi gerakan tajdid yang populer dan sering muncul kepermukaan, disinilah nilai kritis di munculkan dalam gerakan ini, yang dimana kita sebagai mahasiswa atau kaum muda perlu paham dan mengerti konsep tajdid secara umum maupun secara konsep humanitas dan religiulitas. ***

Iklan

PMB Uhamka