Iklan

Iklan

,

Iklan

Syamsul Ulum

Teladan Rasulullah Menyayangi Anak Yatim

Redaksi
Rabu, 25 Januari 2023, 08:31 WIB Last Updated 2023-01-25T01:31:21Z


Rasulullah Saw. begitu menyayangi anak yatim sepenuh hati dan jiwa. Sedemikian besar sayangnya, beliau amat menyukai sebuah rumah yang di dalamnya ada anak yatim yang diasuh dengan baik. 


Beliau menyebut rumah tersebut dengan sebaik-baiknya rumah. Mencintai, menyayangi, dan menyantuni anak yatim merupakan sebuah proses menambang pahala besar untuk dijadikan bekal menuju kampung keabadian dan pembuka pintu surga. 


Hanya dengan mengusap kepala anak yatim dengan penuh kasih sayang, kita dijanjikan akan mendapatkan kebaikan dari Allah Swt. sesuai banyaknya rambut di kepala anak yatim itu. 


Allah Swt. memerintahkan umat-Nya untuk selalu mengasihi anak yatim. Sebaliknya, kita tidak boleh menelantarkan, menghardik dan acuh terhadap mereka, sehingga tidak termasuk pendusta agama. 


“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan makan orang miskin,” (QS. Al-Mau’n [107]: 1-3).


Cobalah kita menginap di panti asuhan, sehari semalam saja; niscaya akan merasakan bagaimana anak-anak yatim itu membutuhkan perlindungan. 


Rasulullah adalah anak yatim,maka dengan menayanginya, berarti kita telah mencintai kekasih kita, Muhammad Saw. Dengan memuliakan anak yatim,kita seolah sedang memuliakan Rasulullah Saw.


Beliau selalu berdoa, “Ya Allah, sesungguhnya aku menganggap berdosa bagi orang yang menyia-nyiakan hak dua orang lemah, yaitu: anak yatim dan perempuan.” (HR. An-Nasa’i). 


Anak yatim, memiliki hak yang sama dengan anak-anak lainnya, sehingga mereka pun berhak atas perbaikan hidup di masa depan. 


Jadilah kakak asuh bagi mereka, yang menggantikan peran orang tua mereka.Dengan menggantikannya, mereka akan memiliki tempat bergantung, tempat berkeluh kesah, dan teladan kehidupan. 


“Aku dan orang yang merawat anak yatim di dalam surga, seperti ini (sambil mengisyaratkan jari telunjuk dan jari tengahnya).” (HR. Bukhari).


Rasulullah sangat menyayangi anak-anak yatim, yang tiada laigi figure public bagi mereka. Apa pun yang dimiliki beliau akan diberikan untuk kebahagiaan mereka. 


Teladanilah sikap beliau yang memuliakan anak yatim. 


Mari kita bersegera mengeluarkan mereka dari penderitaan dengan menyantuninya; bersedekah, mengurus pendidikan, dan memenuhi kebutuhan spiritual, sehingga kelak di akhirat, kita akan bersanding dengan Rasulullah di surga-Nya. 


Cobalah kita renungkan shirah Nabi sarat makna dan kebijaksanaan di bawah ini. Betapa tidak, kasih Rasulullah pada anak yatim teramat besar dan patut kita teladani. 


Dikisahkan, saat itu hari raya Idul Fitri, suasananya begitu ramai dengan kesibukan umat Islam mempersiapkan diri menyambut kedatangan hari yang suci itu.


Kota Madinah penuh dengan raut muka umat Islam yang gembira.


Sementara itu, waktu pelaksanaan shalat Id semakin dekat.Suasana di sekitar lapangan tempat shalat Id semakin semarak dengan aroma wewangian yang melenakan dari pakaian yang melambai-lambai ditimpa riuh-rendah suara anak-anak yang tiada henti.


Usai shalat Id anak-anak tampak sibuk bersalaman mengucapkan selamat Idul Fitri kepada setiap orang yang hadir di lapangan.


Ketika Rasulullah hendak pulang, melihat seorang bocah bertubuh kurus memakai baju compang-camping, duduk sendirian di salah satu sudut lapangan sembari berurai air mata.


Rasulullah berjalan menghampiri anak tersebut. Sesampainya di dekat bocah itu, dengan penuh kasih sayang mengusap pundaknya dan bertanya, “Mengapa menangis, Nak?”


Bocah kurus itu berkata, “Tinggalkan aku sendiri!Aku sedang berdoa.”


Rasululllah membelai rambut bocah itu dan dengan suara yang penuh kelembutan beliau bertanya kembali, “Katakan padaku, Nak!Apa yang terjadi padamu?”


Bocah itu menyembunyikan wajah di antara kedua lututnya, lalu berkata, “Suatu hari ayahku pergi berjuang bersama Rasulullah Saw. kemudian ia syahid. Ibuku sudah menikah lagi dengan orang lain. Harta benda milikku dijarah orang.Aku hidup bersama dengan ibuku, tetapi suaminya yang baru telah mengusirku pergi.” 


Hari ini semua anak-anak sebayaku bercanda dan menari-nari dengan mengenakan pakaian barunya, tetapi diriku?Aku tidak punya makanan dan tidak pula atap rumah yang melindungi.” Lanjut bocah itu sembari terisak-isak. 


Mata Rasulullah mulai berkaca, tetapi beliau mencoba untuk tetap tersenyum sembari bertanya, “Jangan bersedih anakku!Aku juga kehilangan ayah dan ibu saat aku masih kecil.”


Bocah itu menengadahkan kepalanya dan menatap Rasulullah Saw., ia segera mengenali wajah itu dan ia pun tersipu malu. 


Dengan nada penuh kasih dan menyejukkan, Rasulullah melanjutkan perkataannya, “Jika aku menjadi ayahmu dan Aisyah menjadi ibumu, dan Fatimah saudaramu, apakah kamu akan merasa bahagia, anakku?”


Bocah itu kaget,lalu mengangguk gembira.


Rasulullah pun menggandeng tangan anak malang itu dan membawanya ke rumah. 


Sesampaiya di rumah, beliau memanggil Aisyah, “Terimalah anak ini sebagai anakmu.”


Aisyah memandikan anak itu dengan tangannya sendiri dan memperlakukannya dengan penuh kasih sayang.


Setelah memakaikan pakaian padanya, Aisyah berkata, “Sekarang pergilah Nak.Kamu bisa bermain dengan teman-temanmu, dan bila sudah merasa cukup, pulanglah.”


Bocah itu, berlari kecil menuju ke lapangan seraya menari kegirangan.


Subhanallah, Rasulullah Saw., Nabi tercinta kita, memiliki kepekaan luar biasa terhadap penderitaan yang dirasakan anak-anak yatim. 


Sikap Rasulullah patut kita teladani dan dilakukan dalam bentuk praktik, dengan mencoba mendatangi panti asuhan, agar anak-anak yatim merasa bahagia. 


Insyaallah, apa yang kita lakukan akan menjadi tabungan pahala kebaikan di hari akhirat nanti. Ketika kita melepaskan orang lain dari kesusahan, maka hidup kita juga akan dilepaskan dari kesusahan. Ketika kita memudahkan seseorang, maka Allah akan memudahkan hidup kita juga. 


Dengan berbuat kebaikan terhadap anak yatim, Allah akan selalu memberikan jalan kemudahan di dunia dan di akhirat. ***(SAB)

Iklan