Iklan

Iklan

,

Iklan

Potensi dan Pengembangan Pesantren Muhammadiyah Jawa Barat

Redaksi
Jumat, 24 Februari 2023, 17:07 WIB Last Updated 2023-02-24T10:07:45Z


Oleh: Dr. Agus Abdul Rahman, M.Psi


CIREBON - Muhammadiyah dikenal sebagai organisasi kemasyarakatan yang memiliki amal usaha yang sangat besar. Amal usaha Muhammadiyah berada di seluruh pelosok negeri, dan meliputi berbagai aspek kehidupan.  


Muhammadiyah memiliki ribuan Lembaga pendidikan anak usia dini (PAUD), sekolah dasar (SD), dan sekolah menengah (SMP dan SMU); memiliki 163 perguruan tinggi; memiliki 119 rumah sakit dan 600 klinik; memiliki 11.473 mesjid; memiliki 384 panti asuhan; dan memiliki lebih dari 440 pesantren.


Khusus terkait dengan amal usaha pesantren, secara kuantitatif pesantren Muhammadiyah mengalami pertumbuhan yang sangat luar biasa. Dari yang tadinya berjumlah 127 pesantren pada tahun 2015, pesantren Muhammadiyah tumbuh menjadi 440 pada tahun 2022. Jika dibandingkan dengan jumlah pesantren di Indonesia yang mencapai 26.975, jumlah pesantren Muhammadiyah memang baru mencapai 1.6 persennya.  


Namun, pertumbuhan jumlah pesantren Muhammadiyah tersebut tentu sangat menggembirakan dan patut disyukuri, dan berharap kedepan akan terus bertumbuh. Optimisme tersebut cukup beralasan seiring dengan dibentuknya lembaga yang secara langsung mengelola pesantren dan kebutuhan masyarakat terhadap Lembaga pendidikan alternatif.


Dalam konteks pengembangan amal usaha Muhammadiyah Jawa Barat, pertanyaannya berapa banyak pesantren Muhammadiyah yang ada di Jawa Barat? Bagaimana potensi pengembangan pesantren Muhammadiyah Jawa Barat? Dan bagaimana agar pesantren muhammdiyah jawa barat bisa unggul, berkemajuan, dan kompetitif di antara pesantren-pesantren yang ada.


Potensi Pesantren Muhammadiyah Jawa Barat


Secara kuantitatif, jumlah pesantren Muhammadiyah Jawa Barat termasuk belum terlalu banyak. Jumlah pesantren Muhammadiyah Jawa Barat terkonfirmasi ada 31 pesantren, atau berkontribusi 7 persen terhadap total jumlah pesantren Muhammadiyah yang berjumlah 440. 


Jika dibanding dengan jumlah pesantren Muhammadiyah Jawa Tengah yang berkontribusi 41 persen, dan pesantren Muhammadiyah Jawa Timur yang berkontribusi 20 persen, kontribusi Jawa Barat tentu masih perlu ditingkatkan. 


Potensi peningkatan jumlah pesantren Muhammadiyah Jawa Barat sebetulnya sangat besar. Selain merupakan merupakan propinsi yang jumlah penduduknya padat, dan memiliki wilayah yang luas, Jawa Barat sebetulnya merupakan propinsi dengan jumlah pesantren yang sangat banyak.  Jawa Barat memiliki pesantren tidak kurang dari 8.728 pesantren. 


Jumlah tersebut lebih banyak daripada pesantren yang ada di Banten (4.579 pesantren), Jawa Timur (4.452 pesantren), atau Jawa Tengah (3.787 pesantren). Jika melihat angka-angka tersebut dan diekstrapolasikan ke pesantren Muhammadiyah Jawa Barat, idealnya jumlah pesantren Muhammadiyah Jawa Barat tidak kalah dari pesantren Muhammadiyah di wilayah lainnya. 


Secara kuantitatif, jumlah pesantren Muhammadiyah Jawa Barat yang 31 pesantren tersebut merupakan jumlah yang belum optimal, ataupun tidak menggambarkan potensi yang dimilikinya. Artinya, jumlah pesantren Muhammadiyah Jawa Barat mestinya lebih banyak daripada itu.  


Jawa Barat sendiri terdiri dari 27 kabupaten/Kota. Masing-masing tentu memiliki potensi yang berbeda dalam peningkatan jumlah pesantren Muhammadiyah Jawa Barat. Menurut Open Data Jabar, berikut adalah sepuluh Kabupaten/Kota yang disebut memiliki pesantren paling banyak di Jawa Barat, yaitu Kabupaten Tasikmalaya (1.344 Pesantren), Kabupaten Bogor (1.093 Pesantren), Kabupaten Garut (1.055 Pesantren), Kabupaten Cirebon (726 Pesantren), Kabupaten Sukabumi (692 Pesantren), Kabupaten Bandung Barat (475 Pesantren), Kabupaten Karawang (470 Pesantren), Kabupaten Ciamis (440 Pesantren), Kabupaten Cianjur (353 Pesantren), dan Kabupaten Majalengka (260 Pesantren). 


Jika dibandingkan dengan kabupaten/kota dengan pesantren Muhammadiyah terbanyak menunjukkan perbedaan. Berturut-turut, pesantren yang paling banyak pesantren muhammadiyahnya adalah Kabupaten Garut (10 Pesantren), Kabupaten Tasik (3 Pesantren), Kabupaten Bandung (2 Pesantren), dan Kota Bandung (2 Pesantren). Memang ada banyak faktor yang berpengaruh, tapi melihat data ini tampak bahwa potensi beberapa kabupaten/kota  belum teroptimalkan, dan ini merupakan peluang sekaligus tantangan.  


Pengembangan Pesantren Muhammadiyah Jawa Barat


Selain berupaya mendirikan pesantren Muhammadiyah yang baru, pengembangan pesantren-pesantren yang sudah ada pun tidak kalah penting. Sebagai sebuah organisasi yang terus berkembang, pesantren-pesantren Muhammadiyah masih terbuka untuk dikembangkan. Beberapa pesantren, walaupun belum optimal, menunjukkan perkembangan yang mengembirakan, tapi beberapa pesantren lainnya memerlukan pengembangan lebih lanjut. 


Pengembangan pesantren Muhammadiyah Jawa Barat ini diperlukan tidak semata agar survive dan menghindari dari kebangkrutan. Lebih jauh dari itu, pengembangan pesantren Muhammadiyah Jawa Barat diperlukan agar pesantrennya secara organisasi sehat dan berdaya, serta mampu menghasilkan lulusan yang aqidahnya kuat, akhlaknya mulya, dan  berdampak positif terhadap persyarikatan, masyarakat luas, nasional ataupun internasional. 


Pengembangan organisasi pesantren sebenarnya merupakan sesuatu yang tidak terelakkan. Pesantren hadir dalam konteks yang terus berubah. Pengembangan organisasi pesantren merupakan cara yang  memungkinkan pesantren mampu mengelola perubahan dengan baik. Pengembangan organisasi pesantren tentu tidak mudah. 


Namun, dalam konteks pesantren Muhammadiyah merupakan pesantren milik persyarikatan, maka tugas pengembangan organisasi pesantren tidak hanya bertumpu pada kekuatan pesantren semata. Persyarikatan penyelenggara pesantren, melalui BPP ataupun LP2, bisa secara aktif membantu dan mengawal proses pengembangan pesantren. 


Berdasarkan pengalaman dan pengamatan terhadap berbagai pesantren Muhammadiyah, ada beberapa hal yang sebaiknya dikembangkan. 


Pertama, pesantren Muhammadiyah baiknya memilki distingsinya masing-masing. Distingsi ini bisa dirumuskan secara topdown, atau buttom up. Satu pesantren mungkin lebih fokus pada pengembangan sains islami, pesantren lain mungkin lebih fokus pada kemampuan bahasa, dan pesantren lainnya mungkin lebih fokus pada tafaquh fiddin, hifdul Qur’an, social entrepreneur, dan lain-lain. Pesantren dengan distingsi yang jelas akan lebih mudah dalam mengelola input, proses, dan output. 


Kedua, pesantren Muhammadiyah baiknya merujuk pada aturan dan pedoman pengelolaan pesantren yang ditetapkan oleh LP2 PPM. Pesantren Muhammadiyah adalah milik persyarikatan, bukan milik individu ataupun kelompok. Maka, ketaatan terhadap aturan dan pedoman persyarikatan merupakan kunci dari keberhasilan pengembangan pesantren Muhammadiyah. Ketaatan terhadap aturan dan pedoman persyarikatan tentu tidak berarti hilangnya improvisasi dan kreatifitas. 


Ketiga, pesantren Muhammadiyah baiknya mengadopsi manajeman modern, dengan tetap menjaga kearifan lo;al yang dianggap baik. Pesantren Muhammadiyah bisa melakukan pembaharuan dalam manajemen informasi, manajemen keuangan, manajemen sumber daya insani, manajamen pembelajaran dan pengasuhan, manajemen lingkungan, ataupun manajemen energi. 


Keempat, pesantren Muhammadiyah baiknya mandiri secara ekonomi. Kemandirian ekonomi pesantren bisa diupayakan dengan membuka ruang-ruang usaha yang memungkinkan pesantren tidak terlalu bergantung pada iuran yang diambil dari santri. Kemandirian ekonomi pesantren penting agar pesantren berwibawa dan leluasa dalam mengekskusi apa-apa yang diharapkannya, tanpa terpenjara oleh masalah ekonomi. 


Kelima, pesantren Muhammadiyah baiknya menjadi organisasi pembelajar (learning organization). Pesantren Muhammadiyah harus terus belajar dan berproses menjadi lebih baik. Pesantren Muhammadiyah tidak boleh cepat puas dan berhenti belajar. Bagi pesantren Muhammadiyah, proses belajar ini sebenarnya bisa dilakukan lebih cepat. Setiap pesantren Muhammadiyah pasti memiliki best practice-nya masing-masing, yang bisa dishare ke pesantren Muhammadiyah lainnya. 


Jadi, pesantren Muhammadiyah bisa belajar ke pesantren Muhammadiyah lainnya. Keenam, pesantren Muhammadiyah baiknya berkelaborasi dan membangun jejaring. Pesantren Muhammadiyah baiknya berkolabori dengan pesantren Muhammadiyah lainnya. Kolaborasi bisa dalam hal penerimaan santri baru, pengembangan SDM ustadz-ustadzah, kurikulum, pembelajaran dan pengasuhan, dan lain-lain. 


Pesantren Muhammadiyah pun bisa berkolaborasi dengan orang tua santri, alumni, perguruan tinggi dalam dan luar negeri, Lembaga pemerintahan ataupun swasta, Lembaga swadaya masyarakat, dan lain-lain.***

Iklan