Iklan

Iklan

,

Iklan

Guru Keilmuan dan Kitab Bacaan KH Ahmad Dahlan

Redaksi
Selasa, 14 Maret 2023, 08:54 WIB Last Updated 2023-03-14T01:54:19Z


JAKARTA
– Pendidikan adalah salah satu alternatif utama untuk mengatasi keterpurukan dan keterbelakangan umat demikian kira-kira yang dipikirkan oleh pendiri Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan.


Dalam rekam hidupnya, Kiai Ahmad Dahlan sendiri dikenal sebagai seorang guru sejati. Hal ini dapat dilihat dari kisahnya mengajarkan Surat Al-Ma’un, aktivitasnya di Budi Utomo agar bisa menjadi guru di sekolah-sekolah milik pemerintah, hingga langkah konkritnya mendirikan Muhammadiyah dan mencetuskan sistem pendidikan Islam modern lewat madrasah Muhammadiyah.


Perhatiannya terhadap profesi guru juga dikuatkan lewat pesannya yang berbunyi, “Jadilah guru, kembalilah kepada Muhammadiyah.” Tak heran, kader-kader utama Persyarikatan banyak yang mengabdi sebagai seorang guru. Sebut saja Ir. Soekarno, Ir. Djuanda, Otto Iskandar Dinata, Kiai Mas Mansur, dan lain sebagainya.


Pemahaman Kiai Dahlan dan komitmennya terhadap fungsi strategis pendidikan dan profesi guru tentu juga berasal dari pengaruh guru-guru yang mendidiknya. Lantas siapa saja guru dari Kiai Ahmad Dahlan? Sedikitnya ada 20 nama yang tercatat, yang tidak tercatat tentu lebih banyak lagi. Allahu a’lam.


Guru-Guru KH. Ahmad Dahlan


Guru paling awal Kiai Ahmad Dahlan adalah ayahnya sendiri, Kiai Abu Bakr, seorang ulama dan pemuka agama di Keraton Yogyakarta. Ahmad Dahlan kecil juga menuntut ilmu di pondok pesantren (mondok atau nyantri).


Dalam K.H. Ahmad Dahlan: sang pencerah, pendidik, dan pendiri Muhammadiyah (2010), ada 15 nama yang menjadi gurunya yakni ayahnya, Kiai Abu Bakr, kakak iparnya yaitu Kiai Muhammad Soleh, termasuk kepada Kiai Faqih Gresik.


Selain itu Ahmad Dahlan belajar fikih kepada Kiai Muchsin, ilmu nahwu kepada Kiai Abdul Hamid, ilmu falaq kepada Kiai Raden Dahlan, ilmu fikih dan hadis kepada Kiai Mahfud, ilmu hadis kepada Syekh Khayyat, Sayyid Baabusijjil dan Mufti Syafi’i, ilmu qira’atul quran kepada Syekh Amin dan Sayyid Bakri Syata’, ilmu pengobatan Islam kepada Syekh Hasan, serta ilmu qiraah dan falak kepada Kiai Asy’ari Baceyan dan Syekh Misri Makkah.


Bersama Kiai Hasyim Asy’ari, Kiai Ahmad Dahlan juga pernah berguru kepada ulama besar asal Semarang, Kiai Soleh Darat. Sedangkan nama Kiai Kholil Bangkalan yang disebutkan sebagai guru dari Kiai Ahmad Dahlan tidak terverifikasi.


Setelah berhaji ke Makkah pada tahun 1903, di tanah Hidjaz Kiai Ahmad Dahlan kembali menimba ilmu dari ulama besar asal Nusantara, yakni Syekh Ahmad Khatib, Kiai Nawawi Al-Bantani, Kiai Mas Abdullah Surabaya, dan Kiai Maskumambang. Saat berguru kepada Syekh Ahmad Khatib, Kiai Ahmad Dahlan kembali satu majelis dengan Kiai Hasyim Asy’ari, demikian tulis M. Nasruddin Anshoriy dalam Matahari Pembaruan Rekam Jejak K.H. Ahmad Dahlan (2010).


Dalam hajinya tersebut, atas bantuan Haji Baqir, Kiai Ahmad Dahlan berhasil bertemu dan berguru dengan murid dari Muhammad Abduh, yakni Muhammad Rashid Ridha selama dua tahun. Demikian catat Ahmad Faizin Karimi dalam Pemikiran dan Perilaku Politik Kiai Haji Ahmad Dahlan (2012).


Dalam Ilmu Islam, Kitab Apa Saja yang Dipelajari Kiai Ahmad Dahlan?


Terkait ilmu-ilmu Keislaman yang dipelajari Kiai Ahmad Dahlan, periwayatan dari murid termudanya, Raden Hadjid merupakan sumber informasi penting. Selama mengintil atau mengikuti Kiai Ahmad Dahlan, Raden Hadjid menyaksikan banyak kitab yang dipelajari oleh gurunya tersebut.


Catatan Raden Hadjid dikumpulkan dalam dua bukunya yang kemudian disatukan dengan judul Pelajaran KH A Dahlan: 7 Falsafah Ajaran dan 17 Kelompok Ayat al-Qur’an.


“Selama mengikuti beliau saya sering melihat kitab yang jadi rujukan seperti Kitabu Tauhid Muhammad Abduh, Tafsir Juz Amma Muhammad Abduh, Kitab Kanzul Ulum, Dairatul Ma’arif karya Farid Wadji, kitab Fil Bid’ah karya Ibn Taimiyah termasuk kitab At Tawasul wal Wasilah, kitab Idzharul Haq Rahmatullah Al Hindi, dan kitab hadis ulama-ulama Hambali.”


Meski demikian, Raden Hadjid juga menyebut bahwa Kiai Ahmad Dahlan rajin memelajari kitab-kitab karya ulama Indonesia dan Makkah. Misalnya ilmu akidah dan kitab-kitab aliran Aswaja (Ahlu Sunnah wal Jama’ah), fikih Syafi’I, ilmu tasawuf Imam Ghazali hingga Tafsir Al-Manar Rashid Ridha dan majalah Urwatul Wutsqa Jamaludin Al-Afghani.


Sumber: muhammadiyah.or.id

Penulis: Afandi

Editor: Fauzan AS

Iklan