Iklan

Iklan

,

Iklan

Dadang Kahmad Harap Ranting Hingga Wilayah Muhammadiyah Punya Perpustakaan yang Hebat

Redaksi
Senin, 10 Juli 2023, 14:10 WIB Last Updated 2023-07-10T07:10:00Z


BANDUNG
— Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah dan Ketua BPH Universitas Muhammadiyah Bandung Prof.Dr. H. Dadang Kahmad, M.Si, menyebut kebiasaan membaca Al-Quran akan memunculkan pemahaman baru.


Dadang menyampaikan hal tersebut dalam acara pengajian Jumat (JIMAT) yang diselenggarakan RS Muhammadiyah Bandung. Pada kesempatan tersbut, ia menceritakan kisah tentang Jeffrey Lang yang seorang ateis, setelah membaca Al-Quran dia takjub dan terpesona. 


Dari setiap pertanyaan yang dimiliki oleh Jeffrey Lang selalu ditemukan jawabannya dalam Al-Quran. Bahkan dia merasa Al-Quran ini turun untuk dirinya sendiri.


Kenyataan bahwa Al-Quran sebagai sumber ilmu juga diakui oleh profesor matematika dari Amerika Serikat Jeffrey Lang. Bahkan ketika seseorang telah membaca berulang kali, masih saja ditemukan pemahaman baru yang didapatkan dari aktivitasnya dalam membaca Al-Quran.


Dadang mengatakan bahwa membaca Al-Quran harus menjadi tradisi, lebih-lebih oleh masyarakat di Indonesia. Sebab menurut UNESCO, persentase membaca masyarakat Indonesia hanya 0,01 persen dari kurang lebih 270 juta jiwa penduduk Indonesia. Padahal jika merujuk pada teori evolusi pembelajaran, kata Dadang, mendengar merupakan level yang rendah.


“Kita Indonesia ini tidak mau membaca, dari mendengarkan langsung ke audio visual. Sehingga kita itu bangsa yang susah diangkat kualitasnya, walaupun profesor dan doktor, kadang-kadang mereka itu juga malas membaca,” ungkap Dadang.


Lemasnya tradisi membaca yang dialami oleh masyarakat di Indonesia, lanjut Dadang, menjadi perangkap di kemudian hari. Dia mencontohkan seperti maraknya plagiarisme, lebih-lebih di era yang ditopang oleh perkembangan teknologi informasi instan seperti yang terjadi sekarang.


Oleh karena perintah pertama yang turun kepada Nabi Muhammad dalam Al-Quran untuk membaca sangat relevan dengan kondisi masyarakat di era sekarang. Tradisi membaca ini juga menjadi nilai lebih. Pasalnya, membaca akan menambah ilmu yang dari ilmu itu manusia diangkat derajatnya oleh Allah SWT.


“Manusia yang paling tinggi itulah yang punya ilmu, jadi iqra itu caranya itu ya baca,” imbuh Dadang.


Meski perintah pertama Al-Quran itu membaca, tetapi sayang umat Islam masih belum menjadikan membaca sebagai tradisi, baik itu membaca Al-Quran maupun membaca artikel di jurnal-jurnal ilmiah. Oleh karena itu, kata Dadang, Muhammadiyah melalui Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) menyerukan tradisi membaca.


“Kita berbicara tentang pustaka, saya bercita-cita tiap ranting itu ada perpustakan, setiap wilayah itu punya gedung perpustakaan yang hebat, yang dikunjungi,” Harap Ketua PP Muhammadiyah Bidang Pustaka dan Informasi ini.


Rendahnya tradisi membaca masyarakat Indonesia, lebih-lebih generasi milenial dan Z, kata Dadang, merupakan tantangan untuk dijawab bersama. Tantangan itu diperberat dengan adanya intervensi media sosial yang melekat dalam keseharian generasi masa depan Indonesia.*** (mhmd)

Iklan