Iklan

Iklan

,

Iklan

Syamsul Ulum

Memaknai Hidup, Menjadikannya Amal Ibadah

Redaksi
Sabtu, 22 Juli 2023, 08:38 WIB Last Updated 2023-07-22T01:38:59Z


Oleh: SUKRON ABDILAH,
Pimpinan Redaksi


JAKARTA - Di dalam Al-Quran, Allah Swt., berfirman, “Tiada Kami ciptakan bangsa jin dan manusia melainkan untuk beribadah.”(QS. Adz-Dzariyat [11]:56). Makna ayat ini, hendak menegaskan bahwa tujuan diturunkannya manusia ke muka bumi ialah untuk beribadah dan melaksanakan tugas kehambaan.

 

Sebagaimana Allah Swt. adalah Maha Esa dengan sifat pengaturan dan ketuhanan-Nya (Rubûbiyah dan Ulûhiyah), karena itu, maka, selain diri-Nya, tentu saja bersifat kehambaan murni ('Ubûdiyah mahdhah). 


Makna kehambaan ini ialah terkandungnya sikap tunduk kepada Allah Swt. yang mencakup seluruh eksistensi ciptaan-Nya, tanpa terkecuali. Dalam konteks demikian, ibadah merupakan tanda bahwa kita adalah manusia, yang memiliki tanggung jawab spiritual-ilahiah. Ini berarti, sebagai bagian dari makhluk-Nya, kita diwajibkan beribadah ketika hidup di muka bumi. 


Namun, terdapat perbedaan antara sifat penghambaan manusia ('Ubûdiyatul insan) dengan makhluk lainnya. 'Ubûdiyah manusia bercorak ikhtiyâriah (baca: pilihan). Artinya, bentuk penghambaan (ibadah) yang dilakukan umat manusia melalui serangkaian aktivitas: afeksi, kognitif, psikomotorik, dan spiritual. 


Di dalam Al-Quran Allah Swt. berfirman, “Kepada Allah bersujud seluruh apa yang ada di langit dan bumi.”(QS. An-Nahl: 49).


Ibadah posisinya bagaikan kunci yang bisa membuka hijab atau firewall yang menutupi hati kita. Ketika rajin mendekatkan diri kepada-Nya, kehidupan kita tidak akan pernah rasakan sumpek. 


InsyaAllah Anda pun akan menjadi manusia tabah ketika dililit aneka musibah kehidupan. Makanya, ketika diri sedang berada dalam puncak kesuksesan duniawi, kemudian terjatuh menjadi miskin dan tak punya apa-apa, hati Anda akan sekuat baja. Sebab, di dalam pola pikir tersimpan rapi pemahaman semua yang menimpa adalah tantangan (chalange) yang harus dilalui. 


Dengan beribadah, hati Anda seolah menggantung kepada Zat Maha Akbar, Allah Swt., sehingga memeroleh kekuatan diri (self empowerment) guna menyelesaikan tantangan hidup. 


Makanya, Allah Swt. menciptakan manusia hanya untuk beribadah dalam kondisi apa pun. Ketika dalam kesenangan dan kenestapaan, aktivitas ibadah mesti dilaksanakan secara dawam.  


Berbeda dengan tetumbuhan, hewan, dan malaikat yang tak melalui tahap ikhtiyari karena sudah tertanam dari alam azali. Kesadaran beribadah umat manusia, membutuhkan kerja keras untuk konsisten menunaikannya. 


Jalan kesuksesan yang ditempuh mesti menyertakan kesadaran beribadah ini. Sehingga apa yang kita lakukan dan kerjakan mendapat ganjaran berupa pahala di akhirat kelak. Pekerjaan, bagi seorang muslim sejati, merupakan luap keimanannya kepada Allah yang Maha Pencipta, Maha Rahman dan Maha Rahim. 


Sebaik-baiknya bekal untuk menempuh perjalanan menuju kesuksesan menggapai ridha-Nya ialah hasrat atau kehendak kuat, yang dengannya ia menambatkan hati pada Tuhan. 


Individu yang sadar lebih mengutamakan kehendak Allah di atas keinginan jiwa dan nafsu syahwatnya. Dia (Allah) berfirman, “Apakah manusia mengira akan dibiarkan berkata: “Kami telah beriman,” sedangkan mereka tidak diuji.”(QS. Al-Ankabût: 2). ***(SAB)

Iklan