Iklan

Iklan

,

Iklan

3 Kunci Kesuksesan Muhammadiyah Hadapi Tantangan Zaman

Redaksi
Kamis, 21 Maret 2024, 11:48 WIB Last Updated 2024-03-21T04:48:42Z


GARUT --
Selasa, 19/3/2024, Dr. Iu Rusliana, M.Si., CHRA, Sekretaris PW Muhammadiyah Jawa Barat dalam pengajian Subuh Ramadhan di Masjid Al-Djamhari, Garut, bertema: “Gerakan Muhammadiyah Jawa Barat Kini dan Nanti”. Ia mengajak semua jamaah untuk tidak melupakan jejak perjuangan tokoh dalam menghidupkan Muhammadiyah.


 ”Kita perlu  mengingat Sejarah jejak perjuangan generasi sebelumnya. Diantaranya peranan tokoh-tokoh seperti di Garut ini adalah Haji Djamhari sebagai perintisnya.” ujarnya.


Nama Haji Djamhari kemudian diabadikan namanya menjadi nama Masjid yang menjadi cikal bakal Muhammadiyah di Jawa Barat. Boleh dibilang daerah Lio dimana ada masjid ini sebagai “Kauman-nya Jawa Barat.”


“Kenapa penting mengingat sejarah? Kita sekarang lebih enak karena fasilitas serba ada dalam menggerakan Muhammadiyah. Coba bayangkan generasi awal itu memperjuangkan dakwah Muhammadiyah itu lebih berat pada awal rintisannya,” tegas Iu Rusliana.


Namun Muhammadiyah hari  ini menghadapi tantangan dalam bentuk lain.. Ada tiga (3) kunci dalam menghadapi tantangan Muhammadiyah hari ini, yaitu harus adanya: (1) Penguatan Ideologisasi, (2) Penguatan tata Kelola Organisasi (3) Kaderisasi.


Di sini mah keren ada jamaah (Pengajian) yang millenial, bukan sekedar kolonial. Di daerah lain mah milenial lebih belajar agama di media sosial (saja). Seperti mengutip Kuntowijoyo,  bahwa suatu hari nanti akan lahir generasi Muslim tanpa Masjid. Terbukti sekarang generasi milenial belajar agamanya di IG, Tiktok, dan WA.


Di hadapan ratusan jamaah pengajian, Iu Rusliana memaparkan,”Penggunaan tertingginya di Indonesia di WA kedua Tiktok. Puteri saya  kalau pulang di Mobil itu main itu Tik tok-an. Anak-anak sekarang di mobil “da sugan ngobrol, hare-hare we” (tidak bicara cuek saja) main HP. Generasi sekarang main HP Tik Tok WA, tapi harus husnu zhan anak kita di kamar lagi mengajinya di Medsos.”


“Alhamdulillah di Muhammadiyah ada ustad Adi Hidayat yang eksis di medsos. Sekarang ini Prof Haidar Nashir yang Ketua PP Muhammadiyah kalah beken di media sosial oleh ustad Adi Hidayat.”


“Ini diantara tantangan dakwah yang akan kita hadapi. Dengan begini cara pandangan keagamaan akan mudah masuk ke HP. Karena benda ini yang lekat dan ketergantungan sekarang. Iu Rusliana mencontohkan betapa lekatnya kita dengan Hand Phone, dari mau tidur hingga bangun tidur. HP bisa menjadi “tuhan baru”, karena HP Sudah masuk di bagian hidup kita.”


“Bukan saja nilai-nilai keislaman, tetapi juga nilai-nilai yang bertentangan dengan keislaman banyak di HP. Beda dengan generasi  dulu yang mau tidur dan bangun tidur tidak perlu alarm HP. Cukup dengan doa, dan tepat bisa bangun pagi jam tiga. Ini (produk kemajuan IPTEK, pen.) menjadi tantangan masa kini.”


Sekretaris PWM Jabar dalam ceramahnya mengajak kembali kepada kata kunci Pertama, perlunya penguatan Ideologisasi. 


"Mangga MKCH dibaca lagi, PHIWM dipelajari lagi, Mukadimah Anggaran Dasar,  Kepribadian Muhammadiyah dikaji lagi. karena kita perlu diingatkan kembali cara Muhammadiyah memahami dunia ini. Ideologi itu cara pandang Muhamamdiyah dalam memahami dunia kita terhadap berbagai persoalan kemasyarakatan. Itu cita-cita Muhammadiyah ingin membangun Masyarakat Islam yang Berkemajuan atau Islam yang sebenar-benarnya. Muhammadiyah sudah selesai memandang dasar negara Pancasila yaitu dengan Darul Ahdi Wasyahadah." 


“Mari kita untuk tidak menduakan Muhammadiyah. Kita mah tinggal menikmati, meneruskan. Kita tidak  bingung mau ngisi acara tinggal pakai mobil karena sudah ada. Kita tinggal berjalan, kita tinggal bergerak. Bandingkan dengan Generasi awal dalam menggerakan  Muhammadiyah itu bersusah payah.  Bagaimana KH Ahmad Dahlan sampai melelang habis harta bendanya hanya untuk menggaji honor guru-guru di Madrasah. itu komitmen untuk memperjuangkan Muhammadiyah,” demikian jelas Iu Rusliana.


Kedua, Penguatan  Tata Kelola Organisasi. 


Pemateri yang juga dosen Pasacsarjana di UIN Sunan Gunung Djati Bandung ini menyatakan perlunya tetap komitmen dari tata kelola organisasi, seperti rapat rutinan minimal tiap pekan. mencontohkan rutinan rapat PWM, begitu pun di PDM dan PCM harus tetap membiasakan rapat pimpinan yang ternotulensikan.  Iu Rusliana mengingatkan berorganisasi itu tidak boleh “sakarep sorangan” (tidak boleh semau sendiri).


Ketiga, Penguatan Kaderisasi. 


Perlunya mempersiapkan kader-kader. Kalau di PCM harus sudah disiapkan kader-kadernya dari NA, IPM, Pemuda, dan lainnya, setidaknya minimal dua ortom tersebut ada. perkaderan harus disiapkan supaya melahirkan generasi yang kuat.


“Kita pernah menyaksikan yang viral ada kasus seorang ibu yang alumni perguruan tinggi ternama, melenyapkan anak-anaknya kekhawatiran (ketakukan) berlebihan. Hal demikian terjadi karena lemahnya iman. karena persoalan rezeki dan lainnya Allah sudah menyediakan. Penyakit khawatir akan masa depan harus diwaspadai, jangan sampai terjadi di lingkungan PCM.”tukas Kang Iu.


Rasa takut akan masa depan terjadi pertama, karena lemah iman. kedua, putus asa menghadapi masa depan. karena manusia terbelenggu kemewahan. Misal pengaruh sinetron yang begitu indah mudah, padahal realita hidup tidak demikian. Pengaruh tayangan seperti dampak serba instan, memperoleh kemudahan tanpa menjalani proses. Kini hidup serba instan (mudah), mau makana tinggal Go-food.


Tanpa sadar sehingga kebiasaan serba instan tersebut menjadikan mental jadi mudah rapuh mudah putus asa. Karena mereka jauh dari sikap sabar dalam menjalani proses.


Ketiga, mudah putusasa karena jauh dari sikap sabar. sepeti digambarkan karakter manusia dalam  ayat,”manusia seringkali menyatakan kalau Allah memberikan kenikmatan Allah sedang memuliakanku, sementara kalau lagi terpuruk menyatakan Allah sedang menghinakanku.”


Visi kaderisasi pertama adalah keimanan. mengembangkan kaderisasi merupakan bagian dari meneruskan perjuangan mempertahakan keimana. kuatkan keimana para kader dengan Baitul Arqam Darul Arqam dan lainnya, baik oleh generasi era “kolonial” (tua) maupun kalangan milenial.


Visi kaderisasi kedua adalah visi amal saleh. Alhamdulillah PCM Garut Kota punya STAIDA, punya Sekolah, dan lainnya. Itu menjadi tempat proses kaderisasi. Dalam proses itu tidak mudah, tetapi itu menjadi amal saleh disistemkan di berjemaahkan.  Dalam beroganisasi itu perlu  kesabaran, perlu proses tidak ada yang langsung jadi atau instan.


Proses kaderisasi itu selain dalam wujud organisasi, juga dalam keluarga bagaimana mengkader anak, istri, cucu dst. Sambil mengutip ayat “Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka,” (QS At-Tahrim). 


Pengajian ditutup dengan mengutip ungkapan KH Ahmad Dahlan,”Hakikatnya semua manusia itu mati, kecuali yang berilmu, tetapi mereka ada dalam kegalauan kecuali mereka yang mengamalkan ilmunya. hanya saja yang mengamalkan masih ragu apakah amalnya diterima allah atau tidak, kecuali mereka yang ikhlas.” ***(SRS/sastramu.com)

Iklan