Iklan

Iklan

,

Iklan

Syamsul Ulum

Digitalisasi Gerakan Muhammadiyah Harus Menyasar Kebutuhan Jamaah Digital

Redaksi
Kamis, 21 Maret 2024, 20:07 WIB Last Updated 2024-03-21T13:07:28Z


JAKARTA  –
Menjawab perubahan zaman yang semakin kompleks,  Muhammadiyah memastikan relevansinya dalam memimpin umat Islam dalam menghadapi tantangan zaman.


Salah satu tantangan zaman yakni berubahnya pola dakwah dari majelis offline ke online atau digital. Oki Setiana Dewi salah satu seniman Indonesia mengatakan Muhammadiyah perlu memperkuat basis jamaah digital.


“Tanpa ada usaha merawat dan membangun jemaah, Islam tidak mungkin akan mengalami pertumbuhan. Muhammadiyah perlu menyentuh pada komunitas marginal, virtual, dan digital,” terang Oki saat dalam Pengkajian Ramadan 1445 H PP Muhammadiyah di Universitas Muhamamdiyah Jakarta (UMJ) pada Selasa (19/03/2024).


Fenomena yang muncul generasi saat ini mengenal Islam melalui platform media sosial, bukan melalui ruang-ruang dakwah.


 “Platform media sosial saat ini menjadi rujukan utama untuk belajar mengenai Islam,” imbuhnya.


Oki menyarankan agar Muhammadiyah mengubah strategi dakwah dengan menggunakan platform digital. Konsep dakwah kultural dilakukan dengan mengemasnya menjadi tontonan yang menarik dan mudah dipahami.


“Kita bisa menyediakan kebutuhan praktis yang dibutuhkan masyarakat muslim di dunia digital. Mulai dari masalah ke islaman sehari-sehari dari bangun tidur sampai bangun lagi,” ungkap Oki.


Selain itu, Muhammadiyah juga penting untuk menyasar para seniman. Pelaku seni memiliki kelebihan untuk mengemas dakwah menjadi jauh lebih mudah dimengerti oleh masyarakat, sehingga dapat memperluas gaung dakwah kultural Muhammadiyah.


Digitalisasi Gerakan


Media Masyarakat Digital dan Dakwah Muhammadiyah menjadi tema yang penting untuk diperbincangkan. Hal itu penting mengingat isu ini adalah isu terkini dalam masyarakat yang sangat aktual. Tema yang banyak diperbincangkan orang dan sedang terjadi dalam masyarakat dan melahirkan tantangan baru di berbagai hal termasuk juga tantangan baru di Muhammadiyah.


Begitu dijelaskan oleh Dadang Kahmad, Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah dalam Seminar Pra Muktamar secara blended di Universitas Ahmad Dahlan.


“Tantangan Muhammadiyah di abad ke-2 ini jauh lebih berbeda dengan tantangan dakwah di abad pertama. Alhamdulillah di abad pertama sudah bisa berprestasi dengan baik maka kita dalam abad ke-2 ini perlu mengambil peran yang sangat signifikan untuk bisa bermain dan berjuang menjadi yang terbaik dan untuk kemaslahatan umat,” kata Dadang.


Dengan munculnya internet sekaligus dimulainya revolusi industri 4.0 yang membawa perubahan bagi masyarakat. Dari perubahan tersebut, menurut Dadang berakibat terjadinya perubahan bagi masyarakat di seluruh dunia dan lahirnya dunia digital juga masyarakat digital. Adanya dunia digital itu mengubah cara pandang dan sikap terutama pada saat-saat ini.


Perubahan-perubahan yang dirasakan, kata Dadang, bukan hanya berimplikasi bukan hanya pada budaya teknologi tetapi juga jauh pada aspek kehidupan manusia lebih-lebih hubungan pribadi, rasa juga pada ibadah keagamaan yang dilakukan masyarakat sebagai contoh lahirnya sholat jum’at online, ibadah haji metaverse silaturahmi virtual, perkawinan jarak jauh dan juga lain-lain.


Tentunya perubahan itu membawa dampak juga pada kehidupan dan generasi masa kini. Dadang menuturkan di antara dampak perubahan itu adalah minimnya perhatian anak muda pada agama. Mengutip hasil penelitian di eropa pada tahun 2016, bahwa dari 12 negara di Eropa, generasi milenial mengaku tidak menganut agama apapun. Sedangkan dari data penelitian yang dilakukan di Indonesia perhatian anak-anak di kota bandung terhadap agama itu sangat rendah. Perhatian kepada agama ada di peringkat 5 setelah perhatian kepada hal lain. Penelitian lainnya di bekasi menyatakan bahwa anak-anak sekarang tidak lagi mengenal organisasi-organisasi keislaman seperti Muhammadiyah dan NU. Mereka lebih mengenal pada ustad-ustad di media sosial.


Maka menurut Dadang Muhammadiyah harus dengan serius menghadapi perubahan zaman. Maka Muhammadiyah perlu menghasilkan sistem baru dalam pendidikan juga kesehatan. Misal seperti ruang guru, telemedicine, marketplace, dakwah digital dan lainnya.


Merespon hal itu, Muhammadiyah sendiri sebenarnya telah ada beberapa rintisan. Seperti adanya Universitas Siber Muhammadiyah yang mengacu pada teknologi.


“Muhammadiyah harus merespon perubahan ini dengan tiga hal antisipasi, adaptasi, dan inovasi,” ujarnya.


“Saya berharap seminar ini menghasilkan output yang penting. Mengingat pesan Kiai Dahlan bahwa Muhammadiyah sekarang berbeda dengan yang akan datang. Maka harus beradaptasi dan mengadakan perubahan strategi dan mengusahakan Islam berkemajuan,” pungkasnya.***

Iklan