Iklan

Iklan

,

Iklan

Ulama, Kader Muhammadiyah Penentu Masa Depan Dakwah Islam Indonesia

Redaksi
Senin, 03 Juni 2024, 13:46 WIB Last Updated 2024-06-03T06:46:13Z


JAKARTA —
 Ketua Divisi Pendidikan dan Keulamaan Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Muhammad Fahmi Muqoddas, menegaskan arti penting ulama bagi keberlanjutan Muhammadiyah. 


Hal ini disampaikan dalam acara Focused Group Discussion (FGD) Pedoman Perkaderan Ulama Tarjih Muhammadiyah yang digelar di Kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Jalan KH. Ahmad Dahlan, pada Sabtu (1/6/2024).


Mengutip pernyataan dari Kuntowijoyo, Fahmi menyatakan bahwa Muhammadiyah adalah gerakan dakwah Islam yang mengusung prinsip amar ma’ruf nahi munkar, sehingga eksistensi ulama di dalamnya menjadi sangat vital. Tanpa ulama, Muhammadiyah berpotensi berubah dari gerakan Islam menjadi gerakan kebudayaan semata.


“Ketika berbicara soal ulama di Muhammadiyah, saya teringat pesan Prof Kuntowijoyo. Beliau mengatakan Muhammadiyah sudah menetapkan diri sebagai gerakan dakwah Islam amar ma’ruf nahi munkar, maka perlu regenerasi ulama Muhammadiyah. Kenapa? Kalau Muhammadiyah krisis ulama, dan sudah tidak ada ulama lagi, dikhawatirkan Muhammadiyah akan berubah dari gerakan Islam menjadi gerakan kebudayaan,” ungkap Fahmi.


Fahmi menambahkan bahwa ini adalah salah satu nasihat yang selalu diingatnya. “Inilah salah satu petuah yang sampai sekarang saya catat sehingga saya memohon berdoa kepada para ustaz, mudah-mudahan saya yang sekarang ini usianya hampir 80 tahun, dapat terus melihat Muhammadiyah sebagai gerakan Islam,” lanjutnya.


Sejak dahulu, Muhammadiyah telah berupaya mengantisipasi defisit ulama. Pada tahun 1930-an, Muhammadiyah menggagas pendirian madrasah Zuama dan Zaimat Muhammadiyah meskipun sudah ada Muallimin dan Muallimat di Yogyakarta.


“Kenapa masih mendirikan itu? Saya katakan karena krisis ulama itu sudah dikhawatirkan oleh KH. Mas Mansur. Karena itu, kurikulum Zuama dan Zaimat itu melebihi kurikulum lembaga pendidikan sekarang. Makanya harus kembali digali,” jelas Fahmi.


Acara FGD ini bertujuan untuk menyusun Pedoman Perkaderan Ulama Tarjih Muhammadiyah yang lebih komprehensif dan relevan dengan kebutuhan zaman. Melalui forum ini, diharapkan Muhammadiyah dapat terus mencetak ulama-ulama baru yang mampu meneruskan perjuangan dakwah Islam serta menjaga identitas Muhammadiyah sebagai gerakan Islam yang kokoh.  


Kader Ulama Muhammadiyah Penting Pahami Hal Berikut Ini


“Ulama Tarjih Muhammadiyah adalah ulama yang mengikuti doktrin Muhammadiyah. Dalam perjalanannya, terdapat berbagai kesulitan. Ulama harus mengetahui kondisi masyarakat, baik itu mengenai pemahaman agama, ekonomi, atau aspek lainnya,” ujar Hamim.


Hamim memaparkan beberapa poin penting yang harus dipahami oleh ulama tarjih Muhammadiyah. 


Pertama, mengetahui Tujuh Pokok Pikiran Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah


Di antaranya: bertauhid, bermasyarakat, berhukum dengan hukum allah, kewajiban menegakkan ajaran islam, mengikuti nabi muhammad saw, organisasi sebagai sarana perjuangan, terwujudnya masyarakat adil, makmur lahir batin yang diridai Allah Swt.


Kedua, mengetahui Matan Keyakinan dan Citacita Hidup Muhammadiyah (MKCHM). 


MKCHM mengatur ruang lingkup ajaran Islam dalam Faham Agama Muhammadiyah yang mencakup: Akidah, ajaran yang berhubungan dengan kepercayaan; Akhlak, ajaran yang berhubungan dengan pembentukan mental; Ibadah (mahdlah), ajaran yang berhubungan dengan peraturan dan tata cara hubungan manusia dengan Tuhan; dan Muamalat Dunyawiyah, ajaran yang berhubungan dengan pengelolaan dunia dan pembinaan masyarakat.


 

Ketiga, memahami Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah (PHIWM). 


PHIWM merupakan pedoman untuk menjalani kehidupan dalam lingkup pribadi, keluarga, bermasyarakat, berorganisasi, mengelola amal usaha, berbisnis, mengembangkan profesi, berbangsa dan bernegara, melestarikan lingkungan, mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta seni dan budaya dengan menunjukkan perilaku uswah hasanah.


Keempat, memahami Risalah Islam Berkemajuan. 


Risalah ini memuat keyakinan bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan kemajuan dalam semua aspek kehidupan. Muhammadiyah dan seluruh warganya, terutama para pemimpin, memiliki tanggung jawab untuk menguatkan nilainilai kemajuan dalam pemahaman agama dan perwujudannya dalam kehidupan pribadi, berorganisasi, bermasyarakat, berbangsa, dan berkemanusiaan universal.


“Mudah-mudahan FGD yang diselenggarakan ini bisa mengkader ulama Muhammadiyah yang paham dan mengamalkan ajaran Muhammadiyah. Hasilnya jelas, yaitu dapat menghadirkan kebaikan hidup manusia di dunia dan akhirat,” tutup Hamim.


Acara FGD ini dihadiri oleh 60 peserta yang terdiri dari berbagai perwakilan Majelis, Lembaga, dan Ortom Tingkat Pusat, serta perwakilan dari wilayahwilayah terkait, termasuk Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DI Yogyakarta dan Jawa Tengah, perwakilan Pendidikan Ulama Tingkat Perguruan Tinggi, Pondok Pesantren Muhammadiyah, dan Korps Mubaligh Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Gunungkidul. Acara ini berlangsung dari Sabtu hingga Ahad (01-02/06). ***

Iklan