JAKARTA – Tentang isu moderasi beragama, Wakil Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Adi Hidayat menyebut itu tidak sebatas dibicarakan tapi sudah dipraktikkan di lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah.
Hal itu disampaikan oleh pendakwah yang akrab disapa UAH ini pada Kamis (5/9/2024) dalam Kuliah Umum yang diadakan Lembaga Pengkajian dan Penerapan Al Islam dan Kemuhammadiyahan Universitas Muhammadiyah Jakarta (LPP AIK UMJ) di Aula FEB UMJ.
Sikap inklusif tersebut menurutnya telah dicerminkan oleh Perguruan Tinggi Muhammadiyah-’Aisyiyah (PTMA), artinya tidak hanya warga Muhammadiyah, atau umat Islam saja yang belajar tapi seluruh umat beragama dengan berbagai latar belakang.
Oleh karena itu, UAH berpesan kepada civitas akademika lebih-lebih mahasiswa di PTMA supaya tidak membatasi pergaulan dengan. Di lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah sudah ‘khatam’ dengan moderasi beragama ini.
Praktik baik tentang inklusif tersebut tidak hanya diterapkan di PTMA, tapi juga di seluruh jaringan Rumah Sakit Muhammadiyah-’Aisyiyah. Tidak ada diskriminasi di sana, pelayanan diberikan setara tidak membedakan SARA.
“Di PKU Muhammadiyah tidak ada berita bahwa perawat ke situ harus pakai jilbab kalau yang non-muslim, ataupun yang muslimah harus buka jilbab. Kita telah khatam dengan moderasi,” katanya.
Praktik baik itu telah dilakukan oleh Muhammadiyah sejak lama, tugas atau pekerjaan rumah sekarang ini adalah bagaimana menyampaikan pencerahan kepada dunia bahwa Muhammadiyah telah mempraktikan itu di semua lini dan seni kehidupan.
“Karena sifat mencerahkan dan berkemajuan ini harus kita kampanyekan dan kita bawa ke manapun sebagai nafas bagian dari sifat umat Nabi Muhammad yang tersemai dalam bentuk nama Muhammadiyah,” ajaknya.***