Iklan

buku

Iklan

buku
,

Iklan

Ini yang Dilakukan Mualaf Setelah Syahadat

Redaksi
Jumat, 11 April 2025, 11:10 WIB Last Updated 2025-04-11T04:10:27Z
buku


JAKARTA --
Islam adalah agama yang terbuka bagi siapa saja yang ingin memeluknya. Pintu hidayah senantiasa terbentang lebar, dan proses memasukkan seseorang ke dalam Islam bukanlah perkara rumit.


Dalam tradisi Islam, ada langkah-langkah sederhana yang menjadi pijakan bagi seseorang untuk memulai perjalanan spiritualnya sebagai seorang Muslim. Bagaimana caranya? Mari kita telaah berdasarkan rukun Islam dan teladan Rasulullah SAW.


Salah satu pilar utama dalam Islam adalah syahadatain, yaitu pengakuan dua kalimat syahadat: “Asyhadu an la ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah” (Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah).


Mengucapkan syahadatain adalah pintu masuk seseorang ke dalam Islam. Ini bukan sekadar ucapan lisan, tetapi juga pengakuan hati yang disertai keyakinan mendalam. Bagi seseorang yang berkeinginan masuk Islam namun belum mampu mengucapkannya dengan fasih, bimbingan menjadi kunci.

 

Orang yang dipandang pantas, seperti ulama, tokoh agama, atau Muslim berilmu, dapat membimbingnya dengan sabar, mengajarkan lafal syahadat secara perlahan hingga ia mampu mengucapkannya dengan benar. Proses ini mencerminkan sifat Islam yang ramah dan tidak memaksa, sebagaimana Allah berfirman dalam Al-Qur’an, “La ikraha fid-din” (Tidak ada paksaan dalam agama, QS. Al-Baqarah: 256).


Setelah syahadat diucapkan, ada sunnah yang dianjurkan Rasulullah SAW untuk dilakukan oleh seorang mualaf, yaitu mandi besar atau ghusl. Mandi ini bukan sekadar ritual pembersihan fisik, tetapi juga simbol penyucian jiwa sebagai tanda memulai lembaran baru dalam kehidupan.


Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, kita menemukan teladan Rasulullah SAW dalam hal ini:


حَدَّثَناَ مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ حَدَّثَناَ عَبْدُ الرَّحْمَانِ بْنُ مَهْدِىٍّ حَدَّثَناَ سُفْيَانُ عَنِ الأَغَرِّ بْنِ الصَّبَاحِ عَنْ خَلِيْفَةَ بْنِ حُصَيْنٍ عَنْ قَيْسٍ بْنِ عَاصٍ أَنَّهُ أَسْلَمَ فَأَمَرَهُ النَّبِىُّ صلى الله عليه و سلم أَنْ يَغْتَسِلَ بِمَاءٍ وَ سِرْدٍ (رواه الترمذى)


Artinya: “Dari Qais bin ‘Asim, ketika ia masuk Islam, Rasulullah SAW menyuruhnya mandi dengan air dan daun bidara” (HR. At-Tirmidzi).


Dalam riwayat ini, Rasulullah memerintahkan Qais bin ‘Asim, seorang sahabat yang baru memeluk Islam, untuk mandi menggunakan air yang dicampur dengan daun bidara. Perintah ini menunjukkan bahwa masuknya seseorang ke dalam Islam adalah momen istimewa yang patut disambut dengan pembersihan lahir dan batin.


Proses mengislamkan seseorang juga tidak berhenti pada syahadat dan mandi. Ini hanyalah permulaan. Setelah itu, seorang mualaf perlu didampingi untuk memahami ajaran Islam secara bertahap. Membimbing mereka dalam salat, mengenalkan Al-Qur’an, dan menjelaskan nilai-nilai akhlak mulia adalah bagian dari tanggung jawab umat Islam.


Rasulullah SAW sendiri dikenal sebagai pembimbing yang penuh kasih sayang, sebagaimana digambarkan dalam Al-Qur’an: “Fabi ma rahmatin minallahi linta lahum” (Karena rahmat dari Allah, engkau berlaku lemah lembut kepada mereka, QS. Ali Imran: 159).


Referensi: Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, “Membimbing Orang Masuk Islam”, https://fatwatarjih.or.id/membimbing-orang-masuk-islam/, diakses pada Kamis (10/04).

Iklan

PMB Uhamka