Iklan

Iklan

,

Iklan

Dakwah Khusus Gen Z: Mewujudkan Generasi Rabbani di Era Digital

Redaksi
Rabu, 01 Oktober 2025, 09:03 WIB Last Updated 2025-10-01T02:03:56Z

YOGYAKARTA, Muhammadiyah Good News || Anggota Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah Talqis Nurdianto mengajak jamaah untuk memahami dan mengamalkan nilai-nilai rabbani dalam kehidupan sehari-hari, terutama di tengah tantangan era digital.


Dalam kajian bertema “Mewujudkan Generasi Rabbani” di Masjid KH Sudja pada Ahad (21/09), Talqis memulai dengan menjelaskan konsep generasi rabbani. Menurutnya, generasi rabbani merujuk pada individu atau kelompok yang memiliki keterikatan kuat dengan Allah SWT, berilmu, dan mengamalkan ilmunya.


Mengutip Al-Qur’an, Surah Ali Imran ayat 79, ia menegaskan bahwa generasi rabbani adalah mereka yang mengabdikan diri kepada Allah, mengajarkan Al-Qur’an, dan mempelajarinya dengan penuh kesadaran.


“Rabbani bukan sekadar nama, tetapi karakter yang taat, tidak menzalimi, dan tidak melukai orang lain,” ujarnya.


Ia juga menyinggung perbedaan generasi rabbani dengan istilah populer “generasi micin”, yang secara humoris ia gambarkan sebagai generasi yang lekat dengan gaya hidup digital namun kurang mendalam dalam nilai spiritual.


Berbeda dengan itu, generasi rabbani ditandai dengan empat karakteristik utama: berilmu dan mengajarkan Al-Qur’an, beribadah untuk mendekatkan diri kepada Allah, menegakkan kebenaran, dan tidak cuek terhadap kemungkaran.


Dalam konteks modern, Talqis menyoroti pentingnya literasi digital untuk mewujudkan generasi rabbani. “Gadget bukan penghalang, tetapi alat yang bisa memperkuat jika digunakan dengan bijak,” katanya.


Ia menekankan perlunya pengawasan orang tua terhadap aktivitas digital anak-anak, seperti membatasi waktu penggunaan gadget dan memastikan konten yang dikonsumsi mendukung nilai-nilai Islam.


Ia juga mengusulkan integrasi kurikulum digital yang terarah, sehingga anak-anak belajar ilmu agama secara bertahap dan terstruktur. Peran orang tua sebagai uswah hasanah (teladan baik) menjadi kunci.


Talqis menegaskan bahwa orang tua harus lebih dulu mengamalkan nilai-nilai rabbani sebelum mengajarkannya kepada anak. 


“Keteladanan perilaku lebih afdhal daripada sekadar perkataan,” ungkapnya, seraya mengisahkan pengalaman pribadi tentang pentingnya mencontohkan kebiasaan sederhana seperti salat dan penggunaan pakaian sopan.


Pembentukan Karakter dan Kepekaan Sosial


Talqis juga menyoroti pentingnya pembentukan karakter dan kepekaan sosial pada anak. Ia mendorong orang tua untuk melatih anak berbicara di depan umum dan bersosialisasi, misalnya melalui kegiatan sederhana seperti mengajak anak ke masjid atau berinteraksi dengan tetangga.


“Jangan biarkan anak terjebak dalam dunia sendiri. Beri mereka panggung untuk berbicara yang baik,” katanya, sambil mengingatkan agar anak dilatih sejak dini untuk dekat dengan Al-Qur’an dan salat lima waktu.


Mengutip hadis, “Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya”, Talqis mengajak jemaah untuk tidak hanya menjadi pembelajar, tetapi juga pendidik yang menyebarkan ilmu.


Ia menekankan bahwa generasi rabbani adalah mereka yang memberi manfaat bagi orang lain, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW, “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.”


Dalam ceramahnya, Talqis merujuk pada Surah Al-Falaq dan An-Nas untuk menggambarkan pentingnya perlindungan dari kejahatan, baik yang tampak maupun tersembunyi, seperti bisikan setan. Ia mengingatkan jemaah untuk membaca surah-surah muawidzat (Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas) setelah salat, sebagai bentuk pengamalan sederhana namun bermakna.


Ia juga mengutip pandangan ulama seperti Ibnu Abbas dan Ali bin Abi Thalib, yang menyebut generasi rabbani sebagai mereka yang bijaksana, penyantun, dan memiliki ilmu mendalam tentang Al-Qur’an dan hadis.


“Generasi rabbani tidak mengkafirkan perbedaan pendapat, tetapi memahami pokok dan cabang ajaran Islam dengan bijak,” jelasnya.


Menutup ceramahnya, Talqis mengajak jemaah untuk memanfaatkan teknologi untuk berdakwah, terutama kepada generasi muda seperti Gen Z.


“Dakwah digital harus disesuaikan dengan audiensnya. Jika di Inggris perlu penampilan tertentu untuk diterima, di sini kita sesuaikan dengan budaya lokal,” ujarnya. Ia mencontohkan pentingnya konten digital yang mendidik dan menginspirasi, serta peran orang tua dalam membimbing anak-anak agar tidak terjebak pada konten negatif.


Ceramah ini ditutup dengan doa agar jemaah, baik orang tua maupun anak-anak, dapat menjadi bagian dari generasi rabbani yang berilmu, bertakwa, dan bermanfaat bagi masyarakat.*** (MHMD)

Iklan