Sejarah Muhammadiyah menjadi daya tarik masyarakat dalam hal keagamaan, pendidikan, maupun kebudayaan. Selain di Yogyakarta, sejarah Muhammadiyah banyak terdapat di Sumatera Barat, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, dan lain-lain. Jika dikemas dengan baik akan menjadi potensi besar dalam bidang pariwisata, sekaligus menjaga warisan para pendahulu Muhammadiyah.
Agar dapat mengemas wisata sejarah Muhammadiyah dengan baik, Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) PP Muhammadiyah mengadakan webinar “Mendesain Paket Wisata Bermuatan Sejarah Lokal Muhammadiyah”, Ahad (07/11). Webinar ini termasuk rangkaian acara Pra-Kongres Sejarawan Muhammadiyah yang akan berlangsung pada 27 dan 28 November 2021 sebagai Kongres Sejarawan Muhammadiyah pertama sepanjang sejarah.
Bertema “Optimalisasi Potensi Sejarah Lokal Muhammadiyah untuk Mentransfer Memori Kolektif Melalui Pariwisata”, webinar menghadirkan tiga narasumber, mereka adalah Fahmi Prihantoro (Tim Ahli Cagar Budaya Kota Yogyakarta), Ghifari Yuristiadhi Masyhari Makhasi (Founder Muhammadiyah Heritage Trip), dan Widyastuti (Wakil Ketua MPI PP Muhammadiyah dan Wakil Ketua Lembaga Kebudayaan PP ‘Aisyiyah).
Pelestarian warisan budaya, kata Fahmi Prihantoro, merupakan usaha dinamis untuk mempertahankan warisan budaya dengan cara melindungi, mengembangkan, dan memanfaatkan. Adapun pariwisata menjadi salah satu upaya dari pelestarian warisan budaya tersebut, didukung fasilitas pelayanan dari masyarakat dan pemerintah.
“Dalam pariwisata itu, ada banyak hal yang bisa kita manfaatkan. Mulai alam, kebudayaan, dan benda-benda buatan manusia, itu bisa dijadikan pariwisata. Yang terpenting adalah kreativitas pengelolaan tidak menghilangkan esensi warisan budaya itu sendiri,” katanya.
Dosen Fakultas Ilmu Budaya UGM ini juga menerangkan perlunya pelestarian warisan budaya dilakukan. Yakni, menjaga jati diri suatu lingkungan masyarakat agar tidak punah, karena terdapat nilai luhur di dalamnya. Sehingga dapat menjadi pijakan bagi masa lalu dan masa depan.
Muhammadiyah, menurut Fahmi, memiliki keunikan yang bisa muncul dari para warganya, dan di tiap daerah mempunyai kekhasan masing-masing. Hal tersebut sangat menarik untuk bisa dikembangkan menjadi pariwisata.
“Yang perlu dipikirkan adalah bagaimana dapat menguatkan dan memberdayakan warga Muhammadiyah di bidang pariwisata sehingga bisa berkembang,” tutur Fahmi.
Sedangkan Ghifari Yuristiadhi menjelaskan sebelum Muhammadiyah Heritage Trip dikembangkan pada Muktamar Muhammadiyah & ‘Aisyiyah tahun 2010 di Yogyakarta. Saat itu, dia dan Mustofa W. Hasyim serta Iwan Setyawan ditugaskan di bidang syiar. Tugasnya membuat agenda bagi penggembira yang datang dari berbagai penjuru negeri.