Iklan

Iklan

,

Iklan

Zona Kesulitan Hidup

Redaksi
Minggu, 27 November 2022, 10:13 WIB Last Updated 2022-11-27T03:35:11Z


Oleh: Sukron Abdilah,
Penulis Buku


JAKARTA - Hidup yang sedang kita jalani saat ini tak bisa lepas dari dua peristiwa. Pertama, peristiwa kehidupan yang sesuai dengan keinginan, harapan, angan-angan, dan cita-cita kita. Kedua, peristiwa yang tidak diinginkan, tidak diharapkan, dan tidak disukai dalam hidup. 


Sebagai manusia, wajar bila kita selalu menginginkan peristiwa hidup selalu indah, mengasyikkan, dan sesuai dengan yang kita harapkan. Sayangnya, kerap terjadi sebaliknya. Kesulitan hidup selalu datang tak terkira dari mana saja.


Setiap orang selalu berusaha keluar dari kesulitan hidup. Itu sebabnya kita kerap bertanya pada diri sendiri, apa yang harus dilakukan ketika peristiwa yang tidak menyenangkan datang? 


Ternyata, Islam memberikan jalan yang asyik dilalui ketika kita ditimpa kesulitan hidup. Al-Qur’an dan hadis, serta sirah Nabi Muhammad saw., tentunya menjadi rujukan bagi kita ketika hendak keluar dari kesulitan, dari segala masalah dan musibah.


Nabi kita semua, Muhammad saw., lahir dalam kondisi sulit karena menjadi seorang anak yatim. Beberapa tahun kemudian ibunya, Siti Aminah, pun wafat. 


Namun, dengan semangat membaja Muhammad saw., bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Diceritakan bahwa ia menjadi seorang penggembala di padang pasir, menggembalakan kambing-kambing milik para saudagar kaya. 


Demi keluar dari kesulitan hidup, Nabi Muhammad saw., menjadi pedagang. Setelah dewasa, ia pun sukses.


Allah Swt., berfirman, “Bukanlah Dia (Allah) mendapatimu sebagai anak yatim, lalu Dia melindungi(mu). Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk. Dan Dia mendapatimu sebagai orang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan.” (QS. Ad-Dhuha [93]: 6-8).


Kesulitan akan selalu menimpa siapa pun, termasuk manusia-manusia pilihan seperti nabi dan rasul. Namun, rasul dan nabi menyikapi kesulitan itu dengan bijaksana serta menempatkannya sebagai ibrah yang sarat pelajaran. 


Lain dengan kita yang terkadang menyikapinya dengan putus asa, mencaci maki, dan menyalahkan takdir-Nya. Bagi nabi dan rasul, kesulitan hidup mengukuhkan kedudukan, sedangkan bagi kita, kesulitan hidup memperburuk keadaan dan menjatuhkan kedudukan.


Kesulitan hidup ada yang datang karena perbuatan kita, ada juga yang datang karena merupakan ujian dari Allah. Kesulitan hidup bisa jadi teguran untuk mengingatkan kita akan kekuasaan Allah, tapi bisa juga sebaliknya, azab dari-Nya. 


Oleh karenanya, jika kesulitan itu teguran untuk mengingatkan, kita harus melakukan perubahan hidup agar kesulitan tersebut menjadi kenikmatan dan kebahagiaan.


Nabi kita, Muhammad saw., memiliki pengalaman sebagai orang miskin sebab keyatiman identik dengan kemiskinan. Namun, Muhammad saw., mampu menjadi teladan ideal bagi kita untuk mencoba keluar dari setiap kesulitan dengan mengoptimalkan daya dan upaya. 


Ketika ibu susunya, Halimah Al-Sa’diyah, sedang kesulitan, Muhammad saw.., membantunya menggembala kambing. Ini mengindikasikan Nabi Muhammad saw., merupakan seorang nabi yang pantang menyerah.


Tak heran jika ia menjelma menjadi sosok teladan bagi kita yang sedang kesulitan untuk bangkit dari keterpurukan. Dengan kondisi yang lemah, beliau bangkit dan ikut berdagang bersama pamannya, Abu Thalib. 


Dalam perkembangan selanjutnya, ia menjadi pemimpin perusahaan yang jujur, pemilik perusahaan yang dermawan, investor yang cerdas, dan dai yang konsisten sepanjang zaman.


Demikianlah nabi tercinta kita. Kesulitan hidup yang mendera tidak membuatnya putus asa, malas, rendah diri, dan terpuruk dalam kemiskinan. Yang dilakukan oleh nabi kita tercinta ini sejatinya memotivasi kita untuk mengubah kesulitan hidup menjadi kehidupan yang lebih baik dengan tetap menekankan sikap jujur, amanah, dan mendekatkan diri kepada Allah. 


Hanya dengan cara demikian kesulitan hidup yang menimpa kita dapat diubah menjadi sebuah kemudahan yang membahagiakan jiwa. Tak terhitung orang-orang yang menggapai kesuksesan karena berhasil mengubah diri untuk keluar dari zona kesulitan hidup. 


Seorang pengusaha Indonesia bernama Chairul Tanjung, misalnya. Seperti dijelaskan dalam buku autobiografinya, Si Anak Singkong (Kompas, 2013), ia berhasil menggapai kesuksesan karena memiliki keinginan dan keteguhan tekad untuk keluar dari kesulitan hidup yang mendera keluarganya. 


Dengan segenap semangat di jiwa, saat menjadi mahasiswa di Universitas Indonesia, ia membuka jasa fotokopi di bawah tangga menuju kelas. Ia berhasil menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia karena memiliki semangat mengubah kesulitan menjadi kesuksesan hidup.


Semangat bekerja menjadi sebuah keniscayaan bagi manusia yang menghendaki kesuksesan. Jika menghendaki kesuksesan, kita harus rela menjalani prosesnya terlebih dahulu. 


Jangan ujug-ujug ingin sukses. Ingat, kesuksesan tidak didapatkan hanya dengan melamun. Kesuksesan harus diusahakan secara maksimal dan sabar. Insya Allah, apabila kita sabar menjalani proses mencari rezeki dan bekerja dengan sungguh-sungguh, hidup kita akan menjadi lebih mudah dan berfaedah.


Kendati rezeki ditentukan Allah Swt., Rasulullah saw., memberikan beberapa kiat untuk mendapatkan kemudahan memperoleh rezeki dan keluar dari kesulitan hidup. 


Beliau bersabda, “Barangsiapa tertimpa kemiskinan, kemudian mengadukannya kepada sesama manusia, maka tidak akan tertutup kemiskinannya itu. Namun, siapa saja yang mengadukannya kepada Allah, maka Allah akan memberikannya rezeki, baik segera ataupun lambat.” (HR. Abu Dawud dan Tarmidzi).


Kita tahu, semua manusia mendambakan hidup sukses. Tak ada satu orang pun yang menginginkan hidup serbasulit. Ketika kesuksesan menghampiri, apa yang diinginkan akan mudah diperoleh, hidup juga akan dipenuhi dengan kenyamanan dan ketenteraman. Hidup kita jadi mapan. 


Namun, hidup mapan tidak datang secara tiba-tiba. Tidak seperti yang kita lamunkan, tidak seperti yang kita angankan dalam hati. Kesuksesan itu harus melalui proses panjang berupa jatuh bangun, gagal, dan susah. 


Semuanya adalah upaya mencapai tingkat hidup lebih baik daripada kehidupan yang lalu.


Dengan merencanakan masa depan, kita akan lebih mudah menyelesaikan pekerjaan dan tidak terlarut dengan kenyataan masa lalu yang kelam. Kita akan mudah mengubah diri agar berada di jalur kesuksesan dunia dan akhirat.***


Digubah dari buku berjudul: Bahagia Dunia, Bahagia Akhirat (Quanta, 2014) karya Sukron Abdilah.

Iklan