Iklan

Iklan

,

Iklan

Syamsul Ulum

Musyawarah Wilayah dan Mujaddid Muhammadiyah Tatar Sunda

Redaksi
Kamis, 15 Desember 2022, 10:45 WIB Last Updated 2022-12-15T03:46:31Z


Oleh: Ace Somantri,
Dosen Universitas Muhammadiyah Bandung (UM Bandung)


BANDUNG - Saya sudah tidak sabar, berharap segera pada momentum musyawarah wilayah Muhammadiyah Jawa Barat yang rencanany digelar di Cirebon. Saya juga menaruh harap, Musywil tersebut dapat melahirkan pemimpin-pemimpin berjiwa dan berkarakter pembaharu atau mujaddid. 


Kita tahu, penduduk Jawa Barat di tanah tatar Sunda ini terbilang paling padat populasinya, hampir menyentuh angka 40 juta. Ini sangat pantastis bila dilihat dari populasi jumlah penduduknya. 


Pun sama dengan Muhammadiyah di Jawa Barat sebagai organisasi Islam yang secara struktural jumlah pimpinan daerah dan cabang termasuk terbanyak ketiga setelah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Namun, sangat disayangkan, masih dikategorikan belum banyak amal usaha Muhammadiyah berkembang, bahkan kondisi kemakmuran dan kesehatan amal usaha di Jawa Barat masih terbilang di bawah standar alias tidak makmur. 


Pada Musyawarah Wilayah (baca: Musywil) kali ini, di Cirebon sangat menunggu geliat dan agresifitasnya dalam menseleksi calon-calon pimpinan Muhammadiyah yang akan menjadi penggerak, pembaharu dan pencerah Muhammadiyah di tanah tatar Sunda. 


Jawa Barat terkenal dengan faham agama yang cukup kental dan fundamental, di mana gerakan Islam sejak dahulu hingga kini masih sangat terasa. Bahkan, populasi penduduk yang beragama Islam di Jawa Barat hingga menyentuh angka 97 % dari total penduduknya, terbesar di Indonesia. 


Wajar jikalau Muhammadiyah di tatar sunda harusnya lebih maju dan berkembang dari daerah lain. Pasalnya populasi muslim terbesar di Indonesia, sehingga potensial untuk dijadikan sebagai pasar dakwah persyarikatan, khususnya pada penguatan wawasan ke-Islaman yang modern dan berkemajuan. 


Keberislaman masyarakat di Jawa Barat, selain sikapnya yang ramah, bahkan terkenal "someah ka semah". Jadi, harapan saya dan warga Muhammadiyah di Jawa Barat eksistensi Muhammadiyah di tatar Sunda lebih menggeliat dan dinamis. 


Bahkan boleh jadi bukan hanya amal usaha Muhammadiyah yang besar dan maju, melainkan sangat memungkinkan melahirkan pemimpin besar nasional dan Internsional. 


Hal itu akan mewujud bila pimpinan Muhammadiyah di Jawa Barat baik itu Muhamamdiyah wilayah, daerah, cabang dan ranting memiliki sifat dan karakter mujaddid dalam mengelola organisasi yang tidak mengenal lelah dan putus asa. Dalam benak dan pikirannya hanya Muhammadiyah sebagai jalan ber-Islam. 


Muslim tatar sunda yang dikenal ramah dan santun, modal bagi persyarikatan melebarkan faham Islam yang wasathiyah. Tampilan beragama Islam yang santun dan beradab, juga tidak mengedepankan fanatisme madzhab dan menjauhi perdebatan. 


Faham ke-Islaman di persyarikatan Muhammadiyah sebagai organisasi pemberi solusi masyarakat, pendekatan komunikasi dakwahnya base on praktis dan strategis. Nilai kemanfaatan dan kemashlahatan masyarakat sesuai dengan tuntunan al Qur'an dan as Sunnah maqbullah yang dikedepankan, ritual beragama mengedepankan semangat kebangkitan dan kemajuan umat Islam yang terbebas dan merdeka dari kemiskinan dan kebodohan.


Secara praktis bermuhammadiyah tidak semata-mata karena hanya mengikuti tanpa dasar dan landasan, melainkan ada rujukan nash al Qur'an maupun as Sunnah maqbullah. Memberikan pencerahan Islam wasathiyah, membumikan ajaran Islam yang memberi solusi. Bermuhammadiyah sama halnya ber-Islam, baik dalam mengamalkan tauhidulllah maupun menghindari laknatullah.


Para mujaddid Muhammadiyah, mereka para penggerak, pencerah dan juga pembaharu gerakan dakwah Muhammadiyah. Mereka mampu memberi inspirasi kepada jamaah Muhammadiyah untuk bersama melahirkan produktifitas dakwah amaliyah nyata. Mereka bukan yang hanya pemimpin retoris, yang banyak bicara dari mimbar ke mimbar namun sedikit kerja nyata, bukan pula hanya berkelana kesana kemari tanpa ada membawa gagasan terbarukan yang bermanfaat bagi umat. 


Pemimpin mujadid, memiliki gagasan terbarukan yang kreatif, inovatif, dan produktif. Rekam jejak dalam perjalanan beramalnya murni untuk gerakan dakwah Muhammadiyah, bukan untuk kepentingan pribadi dan golongan kelompoknya. 


Pemimpin mujadid bukan pula memiliki pandangan sempit, hanya kelompok dan golongannya yang di anggap paling layak menjadi pimpinan.


Darah segar dalam kepemimpinan setingkat wilayah di Jawa Barat perlu jadi catatan. Musywil Cirebon adalah momentum menggulirkan kepemimpinan transformatif di Muhammadiyah Jawa Barat. Darah segar bukan hanya usia biologisnya, melainkan orang-orangnya baru, gagasannya baru, serta pandangan strategi kedepan benar-benar memajukan gerakan Islam di Muhammadiyah Jawa Barat. 


Selain itu, mereka juga memiliki bargaining position lebih berwibawa dan punya marwah yang dapat mengantarkan Muhammadiyah sebagai organisasi yang mandiri, baik secara finansial maupun kekuatan sumber daya manusia untuk kemajuan masyarakat tatar sunda maupun bangsa Indonesia, bahkan berusaha untuk masyarakat dunia. Wallahu 'alam.


Bandung, Desember 2022

Iklan