JAKARTA – Rabu, 11 Januari 2023 menjadi hari menggembirakan bagi Muhammadiyah Kalimantan Tengah. Pasalnya, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) RI mengeluarkan Surat Keputusan (SK) bernomor 13/E/O/2023 tentang Izin Penggabungan AKBID Muhammadiyah Kotawaringin Timur dan STKIP Muhammadiyah Sampit menjadi Universitas Muhammadiyah Sampit (UMSA).
Dengan berdirinya UMSA, maka saat ini Muhammadiyah Kalimantan Tengah memiliki dua universitas, yaitu Universitas Muhammadiyah Palangka Raya (UMPR) dan UMSA.
Program Studi di Universitas Muhammadiyah Sampit
Sebagai universitas yang baru lahir, setelah penggabungan dua perguruan tinggi di atas, UMSA memiliki delapan program studi dari tiga fakultas. Fakultas yang ada antara lain Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Fakultas Ilmu Kesehatan (FIKES), dan Fakultas Teknik dan Pertanian (FTP). Rencananya jumlah tersebut akan bertambah sesuai kebutuhan di masa depan.
Untuk program studi (prodi), FKIP memiliki empat prodi yakni S1 Bimbingan & Konseling, S1 Pendidikan Ekonomi, S1 Pendidikan Bahasa Inggris, dan S1 Pendidikan Matematika. FIKES memiliki dua prodi, yakni D3 Kebidanan dan S1 Gizi. Sedangkan FTP memiliki dua prodi, yaitu S1 Informatika dan S1 Agribisnis.
Beberapa di antaranya juga telah mendapatkan akreditasi dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT), yaitu Prodi Bimbingan & Konseling, Prodi Pendidikan Ekonomi, Prodi Pendidikan Matematika dan Prodi Pendidikan Bahasa Inggris.
Sejarah Berdiri Universitas Muhammadiyah Sampit
Sebagai universitas pertama di kota Sampit, berdirinya UMSA berasal dari penggabungan antara Sekolah Tinggi Keguruan Ilmu Pendidikan (STKIP) Muhammadiyah Sampit dengan Akademi Kebidanan (AKBID) Muhammadiyah Kotawaringin Timur (Kotim). Sebelum bergabung (merger), pada awalnya ada dua opsi untuk menjadi nama universitas, yakni antara Universitas Muhammadiyah Sampit atau Universitas Muhammadiyah Kotim.
Dua Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) yang bergabung menjadi UMSA telah mengukir sejarah panjang. Gagasan pendirian STKIP Muhammadiyah Sampit dimulai dari ide salah satu pengurus Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kotim, Drs. M. Darsyah Akhmadi Matnur pada 1986.
Akhmadi Matnur sebagai salah seorang pada rapat pembentukan Musyda Pertama menyampaikan gagasan perlunya Lembaga Pendidikan Tinggi di Kabupaten Kotawaringin Timur yang selanjutnya diperjuangkan hingga STKIP Muhammadiyah Sampit sah berdiri pada 26 Maret 1986 sesuai SK Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah No: E.5/SK-Litbang/324/1986, dan diresmikan pada 28 April 1986.
Adapun Akademi Kebidanan (AKBID) Muhammadiyah Kotawaringin Timur berdiri pada tahun 2004 atas gagasan dari dr. H. Suryo Supraptono, M.Kes, Plt. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kotawaringin Timur Sampit), tahun 2004 dengan eksekutor salah seorang Pimpinan Daerah Muhammadiyah Sampit, Drs. H. Mukhlan Sapri, MM.
Ide pendirian AKBID juga ditempuh sebab saat itu di Kotim telah ada Akademi Perawat (AKPER) milik Pemerintah Daerah (Pemda). AKBID juga didirikan untuk memenuhi kebutuhan tenaga bidan di daerah, desa dan pedalaman yang pada umumnya sangat kurang.
Setelah melalui perjuangan berliku, pada akhirnya, AKBID Muhammadiyah Kotim terealisasi pada 1 Oktober 2007 berdasar SK Mendikbud RI bernomor 188/D/O/2007.
Mendapat Dukungan Banyak Pihak
Penggabungan dua PTM di atas menjadi UMSA didukung pemerintah setempat, pasalnya Sampit adalah kota lintas perekonomian di Kalimantan Tengah. Pendirian UMSA diharapkan meningkatkan aktualisasi potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia di ibu kota Kabupaten Kotawaringin Timur tersebut.
Pasca pendirian UMSA, Bupati Kotim, Halikinnor menyampaikan harapan UMSA membantu pemerintah dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Kotim. Dengan meningkatnya sumber daya manusia, diharapkan akan lebih maksimal lagi dalam memanfaatkan potensi ekonomi di Kotim.
Anggota DPR RI Agustiar Sabran juga mengapresiasi pencapaian Muhammadiyah dalam pengembangan sumber daya manusia (SDM) di Kalimantan Tengah. Kehadiran Muhammadiyah dia nilai sangat bermanfaat bagi masyarakat, bahkan memberikan hal positif untuk pembangunan.
Dengan merger ini, maka UMSA memiliki dua lokasi yakni gedung bekas STKIP Muhammadiyah Jl. Ki hajar Dewantara No. 3 Baamang Sampit, dan gedung bekas AKBID Muhammadiyah di Jl. Pramuka No. 100, Sampit.
Namun Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Kalimantan Tengah, Prof. H. Ahmad Syar’I mengatakan tahap awal perkuliahan akan digelar di gedung atau kampus yang saat ini digunakan oleh STKIP Muhammadiyah Sampit. Meski demikian, ke depan akan ada pembangunan kampus terpadu, dan pengembangan unit lain karena lahannya sudah tersedia.
Sumber: muhammadiyah.or.id
Penulis: Afandi
Editor: Fauzan AS