Iklan

Iklan

,

Iklan

Mantap! Ustaz Adi Hidayat Dianugerahi Gelar Doktor Kehormatan oleh UMJ

Redaksi
Selasa, 30 Mei 2023, 17:13 WIB Last Updated 2023-05-30T10:13:06Z


JAKARTA
– Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) menganugerahi Ustaz Adi Hidayat (UAH) gelar kehormatan akademik, Doktor Honoris Causa (HC). Penganugerahan gelar dilaksanakan lewat rapat senat terbuka di aula Gedung Cendikia, Kampus UMJ, Selasa (30/5/2023).


Wakil Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah tersebut dianugerahi gelar Doktor (HC) untuk bidang Manajemen Pendidikan Islam Program Studi S3 Manajemen Pendidikan Islam, Sekolah Pascasarjana UMJ.


Penganugerahan diberikan, lantaran UAH dianggap berjasa dan atau berkarya luar biasa bagi ilmu pengetahuan dan umat manusia dalam bidang Manajemen Pendidikan Islam.


Tim Promotor yang terdiri dari tiga profesor, mulai dari Prof. Dr. Masyitoh, M.Ag., Prof. Dr. Suhendar, MS., Prof. Dr. Abdul Gofur Ahmad, MM menyatakan bahwa UAH layak mendapatkan gelar doktor kehormatan atau doktor honoris causa dalam bidang manajemen pendidikan Islam.


Sebelum memastikan kelayakan dan kepatutan UAH mendapatkan gelar HC, tim komisi telah melakukan penelitian, seleksi dan penilaian integritas UAH selama dua tahun.


Pertimbangan kelayakan itu antara lain adalah penilaian positif terhadap figur UAH di berbagai kalangan masyarakat, kedalaman ilmu keagamaan, kesuksesan mengelola lembaga pendidikan tahfiz bersama, pengelolaan dakwah Islam dengan memanfaatkan kemajuan teknologi dan dakwah lewat berbagai bentuk media.


Pada bidang pendidikan misalnya UAH sukses mendirikan Quantum Akhyar Institute, Kaderisasi Ulama, At Taisir Learning Center, Pesantren Virtual Pertama di Indonesia bernama Ma’had Islam Rafi’atul Akhyar, Sekolah Terbuka Usahakan Al-quran Hafal (STUAH), Akhyar International Islamic School, Akhyar TV dengan jutaan pemirsa, dan channel media sosial yang konsisten dan berjuta pengikut. Selain itu UAH juga telah mengembangkan metode tahfiz Alquran dan beragam karya tulis ilmiah di dunia internasional.


Di bidang kemanusiaan, UAH juga tercatat mampu mengajak umat untuk bertaawun secara efektif, misalnya lewat program bantuan untuk Palestina, program beasiswa. UAH juga dinilai berkontribusi dalam merekat hubungan internasional antara Indonesia dengan berbagai lembaga ulama dunia.


“Ustaz Adi Hidayat mencerminkan kepribadian Muhammadiyah. Ustaz Adi Hidayat berhasil mengelola dakwah dalam pendidikan formal maupun non formal yang kemudian menjadi parameter tim promotor memberikan gelar doktor kehormatan dalam studi doktor manajemen program UMJ yang salah satu tujuannya untuk melahirkan doktor yang profesional,” kata Prof. Dr. Masyitoh, M.Ag.


Berikutnya, pengukuhan gelar doktor kehormatan akademik ditetapkan melalui pembacaan surat keputusan doktor oleh Wakil Rektor I Universitas Muhammadiyah Jakarta Dr. Muhammad Hadi, S.KM., M.Kes.


Berdasarkan putusan rektor UMJ Nomor 218 tahun 2023, tentang penetapan pemberian gelar doktor kehormatan, doktor honoris causa kepada Ustaz Adi Hidayat, UMJ melalui senat menyetujui pemberian gelar tersebut.


“Memutuskan dan menetapkan putusan rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta tentang penetapan pemberian gelar doktor kehormatan, doktor honoris causa kepada Ustaz Adi Hidayat, atas dasar dan prestasi dalam bidang manajemen islam. Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, Jakarta, 20 Maret 2023,” ungkap Muhammad Hadi.


Apresiasi Haedar Nashir


Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyampaikan tahniah atas dianugerahkannya gelar kehormatan akademik, Doktor Honoris Causa (HC) kepada ulama muda, Ustaz Adi Hidayat (UAH).


UAH meraih Dr. HC bidang Manajemen Pendidikan Islam Program Studi S3 Manajemen Pendidikan Islam, Sekolah Pascasarjana UMJ. Penganugerahan diberikan, lantaran UAH dianggap berjasa dan atau berkarya luar biasa bagi ilmu pengetahuan dan umat manusia dalam bidang Manajemen Pendidikan Islam.


Dalam sambutan rapat senat terbuka di aula Gedung Cendikia Kampus UMJ, Haedar menyatakan kesepakatan terhadap tim promotor terkait kelayakan dan kepatutan UAH untuk memperoleh gelar HC.


“Jika tadi promotor dalam berbagai konsiderannya ada mengeluarkan kata-kata luar biasa dalam beberapa persyaratan, saya yakin, penerima Dr. HC yang ada di samping ini (UAH) memang sosok kader Muhammadiyah yang luar biasa dalam berbagai aspek,” ujarnya.


Dengan gelar ini, UAH sebagai Wakil Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah diharapkan dapat meningkatkan pengkhidmatannya dalam mentrasformasikan pendidikan Islam yang berkemajuan dan terintegrasi dengan basis Alquran dan Sunnah.


“Ada tantangan yang tidak sederhana bagi kita, lembaga-lembaga pendidikan Islam dan lembaga dakwah Islam di Indonesia, yakni bagaimana mengimplementasikan gagasan UAH secara aplikatif,” kata Haedar.


“Tantangannya adalah pertama kita ada di realitas budaya dan ekosistem yang sering berbenturan dengan nilai-nilai Islam sebagaimana kita normatifkan dan idealisasikan. Bahkan kita berhadapan dengan pola perilaku yang membudaya seperti korupsi, penyalahgunaan kekuasaan, dusta personal maupun kolektif dan sistem, yang itu juga dilakukan oleh mereka yang beragama Islam,” kritik Haedar.


“Ini artinya bahwa ada kesenjangan transformasi antara value, qimmah, nilai-nilai utama tadi dengan realitas kehidupan yang selalu penuh dengan pesona. Saya yakin inilah tugas para pendidik dan lembaga-lembaga pendidikan Islam dan saya yakin UAH semakin diperlukan pemikiran dan pengkhidmatannya untuk kita baik di Muhammadiyah maupun lembaga Islam pada umumnya,” imbuh Haedar.


Atas beragam kesuksesan UAH dalam pengkhidmatan pendidikan Islam, Haedar optimis pendidikan Islam transformatif yang holistik, modern dan berkemajuan dapat kian ditingkatkan sebagai ekosistem pemikiran alternatif dan unggul.


“Ini anugerah yang patut disyukuri dan kami percaya setelah UAH dapat penghargaan akan makin tinggi ilmunya, makin tawadhu, serkaligus pengkhidmatannya yang luar biasa untuk Persyarikatan, umat, bangsa dan kemanusiaan global,” pungkas Haedar.


Urgensi Implementasi Manajemen Pendidikan Islam


Pada pengukuhannya, Ulama muda Muhammadiyah, Ustaz Adi Hidayat (UAH), Wakil Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah tersebut menyampaikan orasi ilmiahnya yang berjudul “Manajemen Pendidikan Islam Berbasis Alquran dan Sunnah, serta Implementasinya Menuju Pendidikan Berkemajuan”.


Menurut UAH, pendidikan Islam berbasis Alquran dan Sunnah merupakan satu-satunya alternatif bagi kaum muslimin untuk mewujudkan tujuan Islam beserta penunaian tugas manusia di muka bumi sebagai wakil Allah (khalifatu fil ardh). Karenanya, diperlukan manajemen tarbiyah yang sahih.


UAH lalu menyebut bahwa sepanjang sejarah para nabi sejak Adam As hingga Muhammad Saw, nilai-nilai Islami telah diinternalisasi ke dalam diri mereka untuk membimbing umatnya menciptakan kehidupan dunia yang ideal dan damai.


Setelah Nabi terakhir, Rasulullah Saw wafat, nilai-nilai utama itu telah disisipkan di dalam Alquran sebagai pedoman. Para ulama di berbagai periode berikutnya, lantas mengkodifikasikan nilai-nilai Alquran dan Sunnah sebagai pedoman utama menjawab problematika kehidupan sekaligus menuntun pada peradaban utama yang tinggi.


Dari Alquran, para ulama mampu menyusun jawaban atas persoalan pendidikan, tata niaga, pengembangan IPTEK, tata negara, hukum pidana, hukum acara, hingga strategi militer yang semuanya terekam dalam sejarah kegemilangan peradaban Islam di berbagai belahan dunia.


Di masanya, Nabi Muhammad tidak sekadar mengajarkan Alquran sebagai bacaan, melainkan juga mengajarkan makna dan implementasinya yang saling terkoneksi dengan aktivitasnya di muka bumi.


Kesuksesan manajemen pendidikan Islam ini, kata dia tersirat dari kesuksesan Nabi Muhammad Saw membentuk 40 orang generasi awal Islam di Makkah yang kemudian berkembang menjadi 12.000 kaum muslimin di Yatsrib dan mengubah masyarakat Arab dari Jahiliah menjadi beradab.


Dalam waktu 23 tahun, Nabi juga berhasil melahirkan 38 panglima. Termasuk melahirkan pemimpin, birokrat, ulama, dan 5 saudagar terkaya yang tiga di antaranya memiliki kekayaan luar biasa jika dikonversi dengan mata uang saat ini (Ustman bin Affan 850 Juta USD, Zubair bin Awwam 1 M USD, dan Abdurrahman bin Auf yang memiliki kekayaan 3.2 M USD atau setara dengan Rp. 72.000 Triliun).


Kurikulum dan manajemen pendidikan Islam ini kata UAH berlaku di setiap zaman. Di bawa kemanapun, model pendidikan seperti ini kata dia selalu melahirkan peradaban. Termasuk salah satu contohnya adalah Muhammadiyah.


“Kiai Ahmad Dahlan pun hanya mengeluarkan satu surah dalam Alquran, yaitu Surat Al-Ma’un yang dengan value surah-surah itu dan paham sunnah-sunnah nabinya, itulah yang mengeluarkan kemuliaan-kemuliaan Amal Usaha Muhammadiyah yang berwujud PKU, panti-panti yatim, pusat-pusat pendidikan, dan dari 1 ayat Ali Imran ayat 3, lahirlah Persyarikatan Muhammadiyah yang abadi melewati satu abad sampai masa kini,” terangnya.


Inspirasi dari Alquran inilah yang menurut UAH patut diimplementasikan lewat manajemen yang tepat. Sebelum menyampaikan hal ini, UAH telah memberikan contoh lewat kesuksesan beragam lembaga pendidikan yang telah dia rintis.


“Dan kalau kita rumuskan ayat-ayat inilah yang bisa jadi value, melahirkan negara-negara maju dan mencerahkan, mendapatkan ridha Allah Swt,” pungkasnya. ***(afn)

Iklan