Oleh: Sopaat Rahmat Selamet | Sejarawan dan Dosen UM Bandung
BANDUNG — Mencerap spirit sirah nabawiyah, apa yang dijalankan Rasul saw berhijrah ke Yatsrib membuktikan bahwa semangat berkorban–meninggalkan harta benda dan keduniaan di kota Mekah demi meraih keridhaan Allah–diteladankan beliau dan para sahabat. Tidak sedikit harta benda dan kekayaan yang ditinggal para sahabat di Mekah.
Sebagai contoh sahabat Abdurrahman bin Auf, yang kaya raya rela meninggalkan harta benda seluruhnya di Mekah. Saat memasuki kota Yatsrib (Madinah), Abdurrahman bin Auf tidak memiliki harta benda dan mendapatkan tumpangan tinggal dari kaum Anshar. Kemudian minta ditunjukan dimana pasar.
Dari etos kerja wirausaha dengan semangat kemandiriannya, kemudian sahabat rasul ini kembali bertahap naik kehidupannya. Bahkan kemudian kembali menjadi orang kaya dari kalangan sahabat. Begitu pun para sahabat rasul, seperti Usman bin Affan, Abu Bakar, Umar bin Khattab serta yang lainnya.
Keteguhan pengorbanan nabi saw dan juga isteri beliau, Sayyidah Khadijah al-Kubra, dicatat sejarah. Bagaimana mereka yang semula berharta benda melimpah ditumpahkan untuk perjuangan dakwah Islam. Bahkan saat diboikot kalangan kaum Quraisy–beberapa tahun jelang Hijrah tampak amat menyedihkan.
Di saat tersebut penderitaan yang dialaminya itu dirasakan sayyidah Khadijah dan puteri-puterinya. Pengorbanan luarbiasa beliau amat berkesan dikenang Nabi saw. tiada tergantikan oleh isteri-isterinya yang lain, sesudahnya. Sehingga kadang memantik kecemburuan Sayyidah Aisyah yang pencemburu meski hanya mendengar Nabi saw menyebut-nyebut Sayyidah Khadijah.
Spirit rela berkorban ini lahir setelah melampaui kecintaan (nafsu) atas kebendaan (materi) atau duniawi. Pantas sejak awal membawa risalah, Nabi saw bergeming dari bujuk rayu kalangan Quraisy yang menawarkan harta benda dunia, menawarkan perempuan cantik, dan kedudukan. Karena apa yang dijalankan rasul saw bukan mencari materi–tetapi berharap menggapai keridhaan Ilahi.
Keteladanan berkorban nabi saw ini pun diikuti para sahabat lainnya dalam mempertahankan keyakinan (iman). Sehingga dari keteguhan iman itu berbuah keindahan ibadah dan keelokan perangai akhlak mulianya. Apa yang dilakukan Nabi saw dan para sahabatnya, merupakan estafeta kesalehan amal perbuatan.
1330 tahun setelah Rasulullah berhijrah dari Mekah ke Yatsrib, salahsatu zuriyaturrasul-nya bernama Muhammad Darwis bin KH Fadhil keturunan yang bersambung nasab kepada waliyullah Sunan Maulana Malik Ibrahim resmi mendirikan Gerakan Persyarikatan Muhammadiyah pada 8 Zulhijjah.
Nama organisasi ‘Muhammadiyah’ sendiri diambil dari nama Nabi Muhammad SAW, dengan maksud agar dapat menyontoh dan meneladani jejak perjuangannya. Perjuangan Nabi Muhammad saw yang menjalankan millah Ibrahim–tradisi ibadah Haji dan Qurban–diabadikannya. Spirit mengobrankan kecintaan terhadap dunia (harta benda) dijalanka Nabi Muhammad saw dan para pengikutnya (sahabatnya).
Begitu pun keturunan dan pengikut ajarannya, Muhammad Darwis (KHA Dahlan) menjalankan ritual ibadah Haji dan Qurban. Lebih dari itu meneladani spirit berkorban–membersihkan jiwanya dari berhala nafsu mencintai harta benda (duniawi).
Itulah formula ajaran yang dijalankan KHA Dahlan dengan membersihkan dirinya dari hawa nafsu mencintai duniawi. Mengosongkan qalbunya dari hawa nafsu kebendaan (makhluk), yang ada hanyalah kecintaan kepada Allah. Setelah itu diisi qalbunya dengan kalimah-kalimah thayyibah:
Laa ilaha ilallah, Subhanallah, hamadallah dan takbir..bukan dilafalkan di bibir semata. Namun KHA Dahlan wujudkan dan sikap dan perbuatan.
Dengan formula ayat-ayat Al-Qur’an, KHA Dahlan merumuskan dan menjalankannya dikenal dengan spirit atas 17 Kelompok Ayat-Ayat Sosial. Itulah tema-tema ayat Al-Qur’an dalam menggempur hawa nafsu teerhadap harta benda duniawi. Sehingga menjadikan hartabenda dan dunia itu dalam genggaman tangannya.
Beliau tidak menempatkan harta benda duniawi di hatinya. Karena itulah kekuatan berderma, berkorban untuk kesalehan sosial mampu dijalankannya dengan sempurna. Amal usaha yang digerakannya melalui gerakan Muhamamdiyah–Gerakan mencintai Nabi Muhammad saw–lewat amal saleh sosial dibuktikannya.
Lalu setiap gerakan amal KHA Dahlan dan Muhammadiyah ditujukan untuk semata pengabdian terhadap Allah,menjemput ridha Allah dengan senantiasa berkobran dengan harta benda (infaq dan sedekah).
Muhammadiyah menjadi gerakan tangan di atas. Memberi dan memberi sebagai simbol kasihsayang dan rahmat bagi sesama.
Dari spirit jiwa berkorban–bersih dari nafsu kecintaan pada duniawi (hubbuddunia)–itulah yang menjadikan amal usaha Muhammadiyah bergerak luas dan terus berkembang ke berbagai penjuru tanah air sepanjang lebih dari satu abad.
Bermula dari spirit dan gerakan KHA Dahlan diikuti keteladanan tersebut oleh murid-murid dan pengikutnya. Pantaslah bila amal usaha Muhammadiyah berkembang terus meluas sepanjang ruang dan waktu, melampaui satu abad ini.***