Iklan

Iklan

,

Iklan

Syamsul Ulum

Adakah Siksa Kubur? Ini Penjelasan Menurut Muhammadiyah

Redaksi
Rabu, 17 April 2024, 17:20 WIB Last Updated 2024-04-17T10:20:16Z


JAKARTA --
Pertanyaan tentang siksa kubur dalam Islam telah lama menjadi bahan diskusi yang cukup panjang. Beberapa ulama dan cendekiawan Islam berpendapat bahwa keyakinan terhadap siksa kubur adalah bagian integral dari akidah.


Sebagaimana yang diungkapkan dalam buku “Manhaj Tarjih Muhammadiyah: Metodologi dan Aplikasi” karya Asjmuni Abdurrahman berpendapat bahwa dalam masalah akidah (tawhid), hanya dalil-dalil mutawatir yang dapat diterima. Dalil-dalil umum Al-Qur’an dapat digunakan untuk menafsirkan hadis ahad, kecuali dalam masalah akidah.


Akibat dari penolakan hadis ahad untuk urusan akidah, beberapa pihak menilai bahwa Muhammadiyah dianggap sebagai organisasi yang tidak meyakini adanya siksa kubur. Penekanan pada dalil-dalil mutawatir dan penolakan terhadap hadis ahad dalam urusan akidah telah menimbulkan persepsi bahwa Muhammadiyah cenderung meragukan atau mengabaikan keyakinan adanya siksa kubur tersebut.


Akan tetapi, Wakil Sekretaris Lembaga Pengembangan Pesantren Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Cecep Taufiqurrahman, mengoreksi persepsi di atas. Menurutnya, pandangan pribadi Asjmuni Abdurrahman tidaklah menjadi putusan resmi di Majelis Tarjih dan Tajdid. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat penegasan resmi dari Majelis Tarjih yang menyatakan bahwa hanya hadis mutawatir yang digunakan dalam putusan hukum termasuk persoalan akidah.


Faktanya, Himpunan Putusan Tarjih dan Putusan Hukum Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah mencakup penggunaan hadis ahad (baik sahih maupun hasan) sebagai dalil dalam putusan-putusan mereka. Bukti konkret dapat ditemukan dalam Himpunan Putusan Tarjih, khususnya dalam Kitab Iman. Dalam kitab tersebut, terdapat hadis-hadis ahad yang digunakan sebagai argumentasi dalam putusan hukum, sementara tidak ada satupun hadis yang mencapai derajat mutawatir. Bahkan, beberapa fatwa dalam Tanya Jawab Agama yang dikodifikasi dalam buku tersebut juga banyak mengandalkan hadis ahad.


Misalnya, dalam buku Tanya Jawab Agama jilid kedua, terdapat tema yang membahas tentang “Kehidupan di Alam Kubur.” Dalam buku tersebut, secara tegas tertulis: “Mengenai siksa kubur bagi yang berbuat dosa sesuatu hal yang tidak perlu diragukan lagi, mengingat tuntunan Nabi yang selalu dibaca pada waktu shalat di waktu duduk tahiyyat (akhir) yang mohon perlindungan dari empat hal: yaitu dari siksa Jahannam, siksa kubur, dari fitnah hidup dan fitnah mati serta minta perlindungan dari fitnah dajjal. Dasar tuntunan ini antara lain diriwayatkan oleh Muslim.”


Dengan kutipan tersebut, terlihat bahwa Muhammadiyah, melalui buku Tanya Jawab Agama jilid kedua, mengakui dan menguatkan keyakinan tentang siksa kubur. Mereka mengambil dasar tuntunan dari hadis yang terpercaya, seperti yang diriwayatkan oleh Imam Muslim. 


Hal ini menunjukkan bahwa Muhammadiyah tidak secara eksplisit menolak keyakinan tentang siksa kubur, melainkan mengakui dan memperkuatnya melalui penafsiran dan pemahaman yang sesuai dengan metodologi dan prinsip ajaran Islam yang diyakini Muhammadiyah.


Doa Agar Terhindar dari Siksa Kubur


Dalam ajaran Islam, keyakinan terhadap siksa kubur merupakan aspek penting dari persiapan menuju kehidupan setelah kematian. Bagi yang memiliki amal baik, surga menjadi tempat tinggalnya, sementara bagi yang berbuat jahat, neraka menjadi tempat tinggalnya.


Salah satu hadis yang menyoroti tentang siksa kubur adalah riwayat dari Ibnu ‘Abbas, yang menyebutkan bahwa Nabi Muhammad SAW melewati dua kuburan dan menyatakan bahwa kedua individu di dalamnya mengalami siksa. 


Salah satunya disiksa karena tidak menjaga kebersihan dari air kencingnya, dan yang lainnya karena suka mengadu domba. Nabi pun meminta pelepah kurma untuk dipotong menjadi dua, dengan harapan dapat meringankan siksaan mereka selama pelepah kurma tersebut masih basah. 


Hadis tersebut berbunyi: “Sesungguhnya keduanya tidak disiksa kubur karena sebab yang besar. Satu di antara keduanya disiksa karena tidak bersih dari air kencingnya, dan yang satu lagi karena suka mengadu domba.” Kemudian Nabi meminta untuk diambilkan pelepah kurma dan membelahnya menjadi dua, selanjutnya beliau bersabda: “Mudah-mudahan meringankan mereka selama belum kering keduanya.” (HR Bukhari dan Muslim).

 

 

Dalam menghadapi kemungkinan siksa kubur, umat Islam diajarkan untuk memohon perlindungan kepada Allah SWT melalui doa-doa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Salah satu doa yang sangat dianjurkan adalah doa yang selalu dibaca pada waktu salat di waktu duduk tahiyyat (akhir). Doa ini memohon perlindungan dari empat hal yang dianggap sebagai ancaman besar bagi umat Islam: siksa Jahannam, siksa kubur, fitnah kehidupan, fitnah kematian, dan fitnah dari Dajjal.


Doa tersebut berbunyi: 


اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّفِتْنَةِ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ


“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari adzab Jahannam, dari adzab kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian, dan dari keburukan fitnah Dajjal.”


Doa ini menjadi salah satu bentuk persiapan spiritual bagi umat Islam untuk menghadapi berbagai cobaan dan ancaman di alam kubur dan kehidupan setelahnya. Dengan mengucapkan doa ini dengan ikhlas dan keyakinan, umat Islam berharap agar Allah memberikan perlindungan dan rahmat-Nya dalam menghadapi ujian-ujian tersebut.***(MHMD)


Iklan