Iklan

Iklan

,

Iklan

Syamsul Ulum

Ainur, Merawat Riwayat Matan di Muhammadiyah

Redaksi
Sabtu, 09 Desember 2023, 12:18 WIB Last Updated 2023-12-09T05:18:26Z


By: Kelik N Widiyanto 


JAKARTA -- Lima belas tahun bekerja sebagai wartawan The Jakarta Post, tidak menyurutkan semangat jurnalis membangun media komunitas. Komunitas yang ia ikuti semenjak kecil, Muhammadiyah. Adalah Profesor Syafiq Mughni, Ketua PW Muhammadiyah Jawa Timur, (saat ini menjabat sebagai ketua PP Muhammadiyah) pada tahun 2006 menginisiasi gerakan dakwah bil qalam dengan memberikan amanah pendirian media PW Muhammadiyah Jawa Timur kepadanya dan kawan-kawan, lahirlah Matan. Ialah Ainur Rafiq Sophiaan. 


Sebab, Ainur masih bekerja di The Jakarta Post, ia membantu Matan dari belakang. Mencurahkan ilmu dan pengalaman pada media baru agar tetap terjaga selingkungnya. Ini yang menyebabkan Matan tetap hadir dengan gaya yang sama selama penerbitannya. 


Tak terasa setelah terbit pertama pada 2006 kini sudah 17 tahun Matan hadir menghiasi khazanah media Muhammadiyah di tanah air, khususnya Jawa Timur. Walau lahir media baru berbasis platform online, Matan tetap dinanti pembacanya. 


Tak mudah konsisten tetap terbit sebulan sekali selama 17 tahun. Ini membutuhkan effort yang tinggi. Tanpa niat yang luhur dan semangat yang tinggi, mustahil Matan tetap hadir hingga sekarang. 


Uniknya, rapat redaksi Matan setiap bulan diikuti oleh pimpinan PW Muhammadiyah Jawa Timur. Untuk menentukan agenda setting media dan isu yang akan diangkat, pleno pimpinan turut memberikan masukan. Mereka turut bertanggungjawab terhadap isi Matan di setiap edisinya.


Berkah ketekunan selama 17 tahun, Matan kini tercetak 7000 eksemplar setiap bulannya. Hebatnya pula, para pembaca ini berlangganan. Kesetiaan pembaca Matan tetap terjaga hingga sekarang. Termasuk Mantan setia hadir dalam format cetak. Di saat media lama menutup bagian cetak dan beralih ke online. Matan mempertahankan dunia cetaknya. 


Di bawah managemen PT DMU, Matan bukan tanpa tantangan. Menghadirkan tulisan lepas dari para tokoh sebagai buah pemikiran bukanlah hal mudah. Apalagi mesti taat deadline. Terkadang Ainur mesti ‘mengejar’ para guru besar untuk mengirim tulisannya di waktu yang telah ditentukan. Jangan salah, para kolumnis ini mendapat honor atas dedikasi melalui tulisannya. Prof. Hajriyanto Tohari, secara rutin mengirim tulisan ke Matan.


Layaknya majalah berita, matan memuat informasi kegiatan dari berbagai daerah, cabang dan ranting. Selain fakta, ada juga rubrik fiksi. Bedah masalah agama hingga keluarga.


Bagi Ainur, Matan adalah buah hati yang akan terus dijaga. 17 tahun Matan, selama itu pula Ainur merawat riwayat Matan.


Penulis, storyteller

Iklan